Tuesday, December 25, 2018

REKOMENDASI BUKU untuk 2019 #1

semenjak suka posting-posting daftar buku yang dibaca selama satu bulan di ig stories, banyak banget yang suka minta aku bikin review & rekomendasi buku. lol. apa mereka nggak sadar juga ya, kalau akutu anaknya kalau nulis ngasal banget?

sekarang aku juga baru ngerti, tujuan dulu di tiap awal jam pelajaran bahasa indonesia smp, bu guru selalu suruh muridnya untuk baca artikel, dan kemudian beliau nunjuk-nunjuk 2-3 muridnya secara acak untuk maju ke depan untuk membuat kesimpulan artikel yang barusan kami baca. sungguh pelajaran yang sangat berguna untuk kehidupan. aku yang dulu masih lebih bego, berpikir bahwa dalam berapa menit baca itu, aku harus hafalin semua isinya. jadinya aku malah stres & sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan bu guru daripada nanti kena tunjuk.

aku nggak ngerti karena aku yang lama belajarnya, atau memang pelajaran di sekolah itu kebanyakan (kalaupun memang berguna untuk kehidupan), tujuan belajarnya tu kurang tersampaikan ke murid (dan bahkan mungkin ke gurunya sendiri). jadi bayangin aja, kamu cuma dikasi tau bahwa kamu harus bisa mencapai suatu tempat, tapi kamu bahkan nggak tau arah & tujuan perjalananmu. bingung kan pasti. jadinya kamu cuma akan jalan tanpa arah aja karena kamu cuma tau kalau kamu harus jalan, karena nggak mungkin diam di tempat membuat kamu sampai di tujuan.

sangat beruntung anak-anak yang tau esensi belajar sejak dini, karena hal yang aku sebut di atas tidak terjadi pada mereka. tapi ada berapa banyak sih di dunia ini, apalagi di indonesia anak-anak yang punya hal itu? anak-anak yang dari kecil dibiasakan berpikir logis, dengan peta berpikir yang jelas? aku pribadi merasa tidak banyak. anak-anak kecil belajar tanpa tau kenapa mereka harus belajar itu & apa manfaatnya untuk mereka. sayang sayang sungguh sayang..

kembali ke masalah buku, hahaha.

tiap orang-orang dm minta aku tulis review & rekomendasi, aku selalu cuek aja, & jawab kalau aku nggak punya kompetensi buat nulis review, sampai akhirnya adekku yang minta. aku memang kepingin banget semakin banyak orang di dunia ini baca buku. kenapa? karena aku percaya membaca buku adalah salah satu hal terpenting dalam proses belajar. kalau lebih banyak manusia mau terus-terusan belajar untuk menjadi orang yang lebih baik, bumi ini pasti akan menjadi tempat yang lebih nyaman untuk ditinggali bersama. dan tentu adik-adikku adalah sasaran utamaku dalam kampanye ini. jadi oke.

aku akan kasih daftar 6 buku yang baik untuk kamu baca setahun ke depan ya. 6 buku setaun tu super minimal banget karena dalam 2 bulan, kamu cuma harus selesaikan 1 buku. aku yakin kamu pasti bisa. aku pisah-pisahin aja nanti dalam 6 postingan supaya nggak kepanjangan, & sekalian juga supaya aku bisa terlihat lebih produktif nulis hahaha.

disclaimer:
1. buku-buku dalam daftar ini aku kasih 5 bintang di goodreads, jadi pasti bagus menurut aku,
2. menurut kamu belum tentu
3. membaca buku-buku dalam daftar ini mendatangkan manfaat yang besar untuk aku,
4. buat kamu pasti juga (kalau kamu mau)
5. ini review gaya suka-suka dan nggak profesional sama sekali, jadi pasti akan kecampur dengan cerita-cerita lain di luar buku yang aku review.
6. resikomu kan, kamu yang minta hahaha.

oke mulai aja.

BUKU 1:

judul: dear ijeawele, or a feminist manifesto in fifteen suggestion
penulis: chimamanda ngozi adichie
tahun terbit: 2018
penerbit: anchor books
isbn: 9780525434801
jumlah halaman: 63

































pas pertama pegang-pegang buku ini di toko buku, suaminya komentar: "kamu nggak usah baca buku itu juga udah feminis." hahaha. aku ngeyel bilang enggak, karena waktu itu aku udah punya pemikiran sendiri (yang salah) tentang feminisme. aksesku terhadap pengertian feminisme sebelumnya kan hanya melalui berita-berita dan komentar orang-orang di twitter yang mengaku dirinya adalah feminis. makanya aku langsung: "kayaknya aku bukan feminis deh, cim."

setelah aku baca buku ini, ya. ternyata seperti biasanya, basuki bener lagi. dia tu kok kadang-kadang lebih ngerti tentang aku daripada diriku sendiri, aku sampai bingung. *cry*

melalui buku ini, aku jadi tau kalau untuk jadi feminis kamu nggak harus jadi social justice warrior, yang hobinya komentarin negatif baju yang dipakai perempuan lain, misalnya. beberapa hari yang lalu aku lihat di twitter, orang-orang ramai komentarin emma watson yang pakai baju yang memperlihatkan belahan dada & paksa dia untuk berhenti mengaku-aku kalau dia adalah aktifis gerakan feminisme. karena menurut mereka, kalau kamu beneran feminis, kamu nggak akan menggunakan pesona bagian tubuhmu untuk tujuan tertentu. padahal feminisme sesungguhnya bukan tentang itu. feminisme itu tentang kemerdekaan perempuan dalam memilih. free choice. dia boleh pilih apapun sesuai dengan keinginan dan tujuannya, dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri.

aku juga baru tau kalau nggak semua feminis itu tomboi atau lesbian. karena feminis & feminin adalah 2 hal yang berbeda. kamu bisa tetep suka pakai makeup, suka pakai rok, suka bunga, suka boneka, suka pink, suka masak, suka laki-laki, dan sekaligus menjadi feminis. kamu bisa jadi feminin, sekaligus jadi feminis.

tapi yang paling membuka mataku adalah, lewat buku ini aku jadi tau bedanya antara manusia yang punya opini dan berani mengutarakan opininya, dengan manusia yang suka menilai (negatif) orang lain.

quote yang aku paling suka dari buku ini:
"i don't mean you should be her friend; 
i mean you should be her mother, 
to whom she can talk about everything" 

ugh. 💙

buku ini sangat tipis dan kecil (karena sebetulnya tulisan di buku ini adalah surat untuk temannya adichie, yang baru saja melahirkan anak perempuan & meminta saran ke adichie apa saja yang harus dia lakukan supaya anaknya tumbuh menjadi feminis). tapi justru karena singkat itu, ide-ide di dalamnya bisa tersampaikan dengan lebih praktis, dan memberi banyak ruang untuk berpikir. aku jadi penasaran untuk tau lebih banyak tentang adichie & membaca buku-bukunya yang lain.

...

secara personal, buku ini sangat penting buat aku, & membuat aku ingin belajar untuk menjadi feminis yang lebih baik. apalagi aku dibesarkan di lingkungan dengan budaya patriarki yang kental, walaupun papa dan mamaku cenderung demokratis di dalam rumah (untuk hal ini sepertinya harus dianggap sebagai poin positif). aku masih ingat dulu waktu aku masih kecil, aku selalu diberi kewajiban  mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sedangkan adik-adikku yang dua-duanya laki-laki tidak. aku atas dasar rasa kuatir terhadap adik-adikku pernah mengajukan protes dan pertanyaan tentang itu berulang-ulang, tapi tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan. padahal, papaku itu tipe laki-laki yang tidak keberatan mengerjakan pekerjaan rumah. aku lihat, justru papaku itu lebih rajin daripada mamaku. selain itu mereka selalu mengeluh adik-adikku tidak pernah mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti aku. hhh. rasanya kuingin berteriak: "ya iyalah!! kan mama papa selama ini kasih kewajiban ke aku, tapi enggak pernah ke mereka!?"

nggak beberapa lama yang lalu, papaku juga sempat bilang kalimat semacam: "perempuan belum bisa disebut perempuan kalau belum melahirkan. karena kewajiban perempuan di dunia ini cuma melahirkan." yang tentu membuat aku yang mudah naik darah ini langsung mendidih dan menjawab: "aku nggak masalah tuh, papa atau bahkan semua orang di dunia ini nganggep aku waria karena belum pernah melahirkan" mukanya papaku langsung: "shiiit.. salah ngomong gue" hahahha. aku bilang tentang itu ke mama, mama juga bilang: "papamu tu cuma salah ngomooong.."

...

aku sangat berharap buku ini bisa dibaca lebih banyak orang, baik perempuan atau laki-laki, baik dia punya anak perempuan atau tidak. berencana punya anak atau tidak. baca buku ini selama kamu manusia, & ingin jadi manusia yang lebih baik untuk dirimu sendiri & manusia lainnya.

sampai ketemu di rekomendasi buku untuk 2019 #2.