Saturday, February 5, 2022

main character syndrome

orang-orang di sekitarku selalu bilang kalau hidupku drama sekali. aku nggak ngerti maksudnya drama itu bagi mereka positif atau negatif. mungkin saja maksudnya negatif ya, karena bahkan istilah drama queen kan bukan pujian. aku juga kalau merasa hidupku lagi banyak drama, itu juga biasanya bukan karena sedang senang. aku kapan itu baca di mana, “kalau kamu in a realtionship sama seseorang & rasanya seperti ada di dalam cerita filem, itu adalah major red flag.” uh.

selama ini aku berpikir semua orang ya hidupnya kayak di filem-filem itu. karena kan orang bikin cerita dari mana coba kalau nggak dari mengalami dan mengamati, kan? dan aku sendiripun selalu relate dengan tokoh-tokoh di cerita series, filem, komik, ataupun buku. tapi aku baru tau, kalau bukan itu yang terjadi. kebanyakan orang lain itu ternyata hidupnya boring. dan ternyata menurut para ahli kesehatan mental, hidup yang boring itu jauh lebih baik daripada hidup drama kayak di filem. aku sih percaya, soalnya aku juga sama sekali nggak merasa kalau hidup kayak di filem itu lebih baik - meskipun selama ini kukira semua orang hidupnya kayak di filem. hidup kayak di filem itu cape. tapi ini mungkin karena aku sudah tua.

mungkin karena aku sudah tua juga, aku semakin nggak bisa relate sama cerita-cerita fiksi ini - meskipun semakin ke sini, cerita fiksi semakin jujur. (kalau kata basuki: “cerita jaman sekarang tu terlalu kompleks, aku lebih suka filem-filem jaman dulu yg cerita & konfliknya sederhana.”) aku pikir ya itu karena elu nggak tahan aja sama realita. kalau konflik hidup itu ternyata nggak selalu “happy ending”, sebagian besar kenyataan tidak sesuai dengan yang kita rencanakan, dan ternyata manusia bahagia itu bukan karena dia orangnya memang happy, tapi karena in a way, dia memilih & mengusahakannya setiap hari. buat aku, manusia itu kompleks, kayak galaksi. pernah nggak, lihat paramecium pakai mikroskop? itu baru paramecium.

makin ke sini tu, aku pikir lagi cerita-cerita drama itu dibuat nggak melulu dari pengalaman dan pengamatan, tapi juga penyangatan (kontras), dan harapan. aku pikir kalau orang nggak bisa lihat ini tu rada bahaya soalnya tanpa disadari, bisa kebawa di kehidupan nyata, dan bikin susah untuk melepas harapan & menerima kenyataan di kehidupan sendiri. seperti lari dari kenyataan. tapi ya mungkin semua orang udah ngerti ini sih, ya. yang nggak ngerti sendiri tu aku. soalnya banyak banget yang suka bilang: “ya itu kan di fileeem, di kenyataan kan nggak gitu,” & aku sendiri yang suka: “oyaa?!” hahahah. 

benernya tadinya mau nulis bedanya realita dan cerita fiksi - terutama drama jaman dulu yang sederhana-sederhana ceritanya macam meteor garden. (halah sekarang sinis, padahal dulu juga suka). tapi ini kok udah panjang banget gini ya, tulisannya. kusudahi aja dululah biar nggak boring - kayak hidupmu. wk.

day 37

terima kasih atas kelahiranmu

terima kasih atas pertemuan kita

terima kasih atas kehidupanmu

bahkan malam ini aku berterima kasih atas kematianmu

aku berterima kasih untuk kamu. 

segala tentang kamu adalah kasih sayang kepadaku.