Monday, September 30, 2019

kalau kalau suatu saat kamu membaca ini


kalau kamu mengenal aku dari melihat instagram storyku dan lalu ngobrol denganku di instagram dm, mungkin kamu akan melihat aku sebagai manusia yang ceria & bisa berteman dengan siapa saja. aku sangat mudah didekati. lalu kamu akan berpikir, "oh orang ini sangat baik & mengerti aku. aku bisa bercerita tentang apa saja & bertanya banyak hal kepadanya. mungkin juga dia bisa jadi temanku!"

lalu tidak sengaja kita bertemu di suatu tempat, dan kamu akan tau kalau ternyata aku orang yang bisa terlihat sangat kikuk, atau justru bisa jadi orang yang sangat mengintimidasi.

mungkin kamu jadi ragu-ragu apakah aku adalah orang yang sama dengan orang yang ngobrol denganmu di instagram tempo hari. kamu jadi kuatir, tapi lebih-lebih lagi, kamu kecewa, karena ternyata aku bahkan tidak ingat siapa kamu, walaupun kamu sudah sebutkan namamu & bilang, "ini lo aku, yang sering ngobrol sama kamu di instagram itu. yang selalu komenin stori-storimu." lalu kamu jadi sedih, karena ternyata aku jauh dari teman baru dan seru yang kamu bayangkan.

walaupun kecewa, tapi kamu tidak menyerah. jadi di waktu yang lain kamu memutuskan untuk bertemu lagi & meneruskan obrolan kita. ketika kita ngobrol, kamu menyadari bahwa, "wow ternyata dia benar orang yang ada di dm instagram itu, bahkan ternyata aselinya jauh lebih lucu!"

dan setelah itu kita berteman.

kamu bercerita tentang banyak hal kepadaku. termasuk rahasia-rahasia kecilmu, walaupun setelah itu ternyata aku masih akan lupa namamu. atau ketika bertemu lagi aku akan: "kita itu pernah ketemu apa enggak, sih?"

lalu kamu kecewa lagi.

kita berteman, tapi aku bahkan tidak ingat siapa namamu. "aneh. aneh sekali orang ini." tapi kamu baik. dan mungkin memang sedang sangat butuh teman saat itu. jadi kamu memutuskan untuk meneruskan ngobrol dan saling mengenal. terus, terus, terus, sampai aku tidak pernah lupa lagi namamu, & ingat semua cerita-ceritamu, bahkan mungkin lebih ingat dari kamu sendiri.

...

basuki pernah bilang, aku itu seperti bawang. banyak sekali lapisannya. dia selalu bilang, "setiap hari hidup sama kamu itu rasanya seperti sedang mengupas lapisan bawang satu persatu. setiap hari selalu akan ada lagi dan lagi lapisan baru di dalamnya." di waktu lainnya, dia bilang aku seperti boneka rusia yang setiap dibuka, masih akan ada lagi boneka lain di dalamnya. dan lagi, dan lagi.

kalau kamu mengenal aku, kamu akan tau kalau ternyata aku orang yang sangat suka bercerita. aku suka bercerita tentang banyak hal. tentang cerita sehari-hari, tentang buku yang sedang aku baca, tentang kelinci-kelinciku, tentang manusia-manusia yang aku temui sehari-hari, tentang apa yang aku lihat & pelajari hingga saat ini. kurang lebih aku adalah manusia seperti yang kamu lihat di instagram itu.

kalau kebetulan lebih jauh lagi kamu mengenal aku, kamu akan tau kalau kadang aku juga senang berbagi tentang pikiran-pikiranku sendiri, pendapatku tentang sesuatu, juga sedikit tentang apa yang aku rasakan di permukaan. kamu akan melihat aku lebih banyak. kamu jadi tau kalau ternyata selain lucu dan pintar, ternyata kadang-kadang aku juga bisa sedih. aku juga bisa marah. aku juga bisa salah. aku seperti aku yang kamu lihat di akun twitterku yang aku gembok sejak september 2017 itu, atau seperti aku yang bisa kamu baca di blog ini.

lalu pada suatu hari ketika kamu mendengar aku bilang sesuatu yang asing seperti: "aku bingung" atau "aku takut", itu mungkin karena kamu sudah menjadi salah satu dari sedikit sekali manusia istimewa yang aku pilih dengan sadar untuk aku bagi apa yang aku rasakan, juga sedikit rahasia-rahasiaku. itu mungkin karena aku percaya kamu.

dan kalau kamu kenal aku sedikit lebih jauh lagi, kamu akan paham kalau tidak mudah untuk aku menceritakan apa yang aku rasakan. karena kalau semudah itu, aku pasti sudah melakukannya di lapisan bawang yang lebih luar dari ini. aku pasti sudah menuliskan perasaanku di blog ini, di twitterku yang aku gembok, atau di instagram storyku yang setiap hari dilihat oleh ribuan orang itu.

tapi enggak, kan? untuk mereka aku hanya berbicara dengan simbol-simbol. untuk mereka aku menggambar, aku menulis, aku memilih lagu, aku mengquote buku.

tapi untuk kamu aku berani membuka hatiku.
kepadamu aku meminta tolong secara langsung, bukan melalui kode-kode dan sandi morse.

...

aku sudah bilang, dan aku ulangi lagi. bagiku membuka hati & mempercayai itu sulit sekali. sehari-hari aku memakai tameng & baju besi ke mana-mana. tapi tidak ketika denganmu. setelah aku letakkan tamengku, aku lepas baju besiku, & kubuka hatiku, lalu dengan ringan sekali kamu bilang:

"ya itu kan yang kamu rasakan, tapi gimana dong perasaannya dia?"
"ya itu kan yang kamu pikirkan, tapi kamu tau nggak, dia mikir gimana?"

apakah kamu paham, kalau aku hanya bisa bercerita tentang apa yang aku rasakan saja? aku tidak mungkin menceritakan perasaan orang lain (walau seberapapun relevan & erat kaitannya dengan apa yang sedang aku alami), karena aku tidak tau. perasaan mereka, pikiran mereka, bukan milikku. memang bukan aku yang seharusnya bercerita tentang bagaimana perasaan mereka. aku bercerita tentang ceritaku, karena cuma itu yang benar-benar milikku.

jadi kalau aku cerita padamu tentang yang aku rasakan, lalu kamu malah jadi penasaran ingin tau tentang perasaan orang lain, yang bisa kamu lakukan hanya bertanya pada orang itu secara langsung. kalau dia mau menjawab, mungkin kamu beruntung akan mendapat masukan bagaimana nanti kamu pada akhirnya harus menghakimi aku. yang kamu bisa dapat dari aku tentang dia, ya hanya yang aku pikirkan tentang dia, yang aku rasakan terhadapnya. yang semua itu sudah habis, aku ceritakan kepadamu berulang-ulang.

lalu kemudian kamu bilang:

"aduh aku jadi kasian tau, sama dia.."
"denger cerita-ceritamu tu, aku trus jadi kagum banget sama dia"
"akutu malah jadi kepingin bantuin dia, tau nggak sih"

kamu sadar atau tidak sih? SEMUA itu kamu simpulkan HANYA dari cerita-ceritaku, bukan cerita-ceritanya? dari kamu mengenalku, bukan mengenalnya? dari kamu menghabiskan waktu bertahun-tahun ini ngobrol denganku, bukan dengannya?

dari aku, kamu tau semua kelebihannya, kebaikannya.
seperti dari aku juga, kamu tau semua kekuranganku, kesalahanku.

setelah mendengar cerita-ceritaku. setelah aku buka perlindungan diriku di hadapanmu, sehingga kamu menemui aku dalam keadaan yang paling lemah, bagaimana kamu pikir ucapan-ucapanmu itu akan membuatku?

aku sedih karena yang aku ceritakan selama ini, ternyata enggak ada harganya sama sekali buat kamu.
aku sedih karena aku jujur, tapi kejujuranku justru kamu gunakan untuk menggaris bawahi kesalahan dan kekuranganku.
aku sedih karena pilihanku untuk tidak menceritakan yang bukan hakku, justru kamu pakai untuk memojokkan dan menyalahkanku.
aku sedih karena setelah sekian lama, ternyata kamu tidak percaya dengan kebenaran cerita-ceritaku.
bahwa bagaimanapun aku kurang & salah, yang aku rasakan itu tetap ada harganya.

uh, tiba-tiba aku lelah sekali.

aku kecewa karena aku kira kamu temanku.
ternyata bukan.

karena bagaimana bisa, kamu adalah teman, ketika setelah ratusan jam dan kalimat yang aku susun, yang kamu simpulkan dari semua itu adalah:
mungkin saja lo, orang itu yang benar, karena kan dia belum terbukti salah.
dan bisa saja aku yang salah, karena kata-kataku yang belum terbukti benar? 

saat aku di hadapanmu, aku ingin kamu jadi temanku.
bukan jadi hakim atas cerita-ceritaku.
karena ini aku yang sedang bercerita.
bukan dia.

..

dan sekarang setelah membaca ini dan kamu mengenal aku lebih jauuuh jauh jauh lagi, kamu akan tau kenapa aku punya banyak sekali teman, tapi lebih sering aku merasa sedang sendirian.

karena hanya sedikit sekali ternyata, orang yang percaya kalau aku tetap orang baik, yang pantas didengar ceritanya, walaupun aku berbeda, walaupun aku salah.

..

apakah pernah terpikir di benakmu, kalau suatu saat nanti bisa saja tuhan berkata kepadamu: "kamu benar." 

dan lalu: "tapi dia juga benar." sambil menunjuk pada musuh-musuhmu?

...

aku selalu percaya kamu orang baik.
kalau aku tidak menganggap kamu orang yang baik, tidak mungkin aku mempercayaimu dengan cerita-ceritaku.
dan aku tulus ketika waktu itu bilang: "kamu mungkin sekali benar, bahkan mungkin lebih benar daripada aku. mungkin aku cuma belum tau."

tapi sebelum pesan ini sampai kepadamu,
tidak akan ada lagi cerita dari aku.