tanah para pemenang pejuang
tanganku mengepal erat. dengan kesakitan, aku duduk dan memejamkan mata. aku tarik napas dalam sekali, dan menghembuskannya panjang sekali. lalu aku membuka mataku.
di hadapanku aku melihat seorang anak perempuan berkaus merah bercelana biru sedang berdiri di sebuah taman bermain. rambutnya merah panjang, diikat dengan karet warna-warni. tangannya mengepal memegang sebuah krayon berwarna hijau. dia sedang apa? anak-anak di sekelilingnya berlarian sambil berteriak-teriak dan tertawa. tapi dia sendirian sedang berdiri terpaku. sedang melihat apa?
aku dekati dia. dia sepertinya kaget melihatku. oh, apa dari tadi dia sedang melamun? aku ajak dia bicara, tapi dia diam saja. dia hanya melihatku, tapi matanya berbicara, bercerita - banyak sekali.
aku tanya apa aku boleh peluk dia ? dia seperti berpikir keras sekali sampai akhirnya dia menganggukkan kepalanya. kupeluk dia, lalu aku bilang:
"nggak apa-apa. kamu anak baik. kamu suka menang, ya? kita sama. aku juga suka menang."
dia tampak kaget, tapi dia memutuskan untuk menungguku bicara lagi. "kamu bukan anak yang jahat karena kamu tidak senang ketika melihat orang lain menang. kamu kesakitan, karena ketika orang lain menang, kamu mengira itu berarti kamu kalah. kamu sedih, karena setiap kamu kalah, gagal, salah, kamu selalu ditinggalkan sendirian."
"aku datang ke sini, untuk kasih tau kamu kalau orang lain menang, itu bukan berarti kamu kalah. orang lain berhasil, tidak sama dengan kamu gagal. dan orang lain benar, belum tentu kamu salah."
"kemenangannya itu kemenanganmu juga. dia berhasil, adalah keberhasilanmu juga. kenapa?" matanya yang bulat terlihat membesar. "karena dia bekerja keras untuk mendapatkannya. sama seperti kamu."
"dan kalau kamu kalah, gagal, atau salah sekalipun. itu TIDAK APA-APA. semua orang kalah, gagal, dan salah - setiap waktu. bahkan kita itu harus pernah gagal, harus pernah kalah, harus pernah salah. harus rasakan dan alami semuanya sebanyak-banyaknya semacam-macamnya agar bisa jadi manusia yang kaya."
"aku sedih, selama ini kamu diberi tau hal yang enggak benar, dan ditinggal sendiri ketika gagal, kalah, salah. kamu jadi merasa kalau kamu tidak punya pilihan lain selain menang. kamu merasa kamu harus selalu berhasil, tidak boleh gagal. kamu terus diam di situ, karena kamu takut kamu salah langkah, & ditinggal sendirian lagi."
"tapi nggak apa-apa. sekarang aku ada di sini. aku pintar, besar, dan kuat. jadi aku bisa kasih tau kamu yang lebih benar & aku bisa temani kamu. aku bisa melindungi kamu. & kamu aman di sini. kamu nggak akan pernah sendirian lagi."
aku melihat matanya yang besar menyala-nyala. lalu aku bilang sama dia, "kamu boleh melakukan apa saja yang kamu suka. karena aku percaya kamu akan selalu memilih yang bagus, dan selalu melakukan yang baik. karena aku tau kamu." aku tunjuk dadanya dengan jariku. "kamu anak baik. jadi lakukan apapun yang kamu suka. kamu boleh tidur. kamu boleh belajar apa saja, kamu boleh bermain - yang ini harus. aku percaya kamu. dan aku menyayangimu dan mendukungmu, apapun yang kamu pilih. apapun yang kamu lakukan."
anak ini tetap tidak bersuara. tapi tangannya tidak lagi mengepal kencang. dia balas memelukku dengan lebih erat. erat sekali, sampai kami menjadi satu. aku adalah dia. dia adalah aku. aku memejamkan mataku. aku tarik napas dalam sekali. aku hembuskan panjang sekali.
ketika aku membuka mataku, kulihat seorang anak kecil lainnya. dia mirip sekali dengan anak perempuan yang tadi, tapi anak ini laki-laki. tangannya mengepal erat sekali, dan pundaknya bergetar kuat. aku dekati dia, tapi dia tidak mengacuhkanku. dia sedang apa?
aku duduk di sampingnya. lama sekali kami saling diam, tapi dia tidak pergi. akhirnya dia melihat ke arahku. dan aku melihat wajahnya. ternyata dia sedang menangis.
aku bilang padanya: "nggak apa-apa. kamu anak baik. aku sedih kamu harus mengalami segala hal yang menyakitkan, dan kamu sendirian. tapi sekarang aku bisa melihat kamu. terima kasih banyak sudah bekerja keras. terima kasih banyak sudah melakukan yang terbaik. terima kasih sudah membangun benteng yang tinggi dan kuat untuk aku. tapi aku tidak memerlukannya lagi sekarang. karena aku sudah besar. dan pintar. dan kuat. jadi kamu tidak perlu takut lagi untuk aku."
aku tanya apa aku boleh memeluknya. dia bilang bajunya kotor. dia nggak mau bajuku ikut kotor. aku bilang nggak apa-apa. baju kotor mudah dicuci. aku peluk dia erat sekali. kupejamkan mataku, dan kutarik napas dalam sekali, lalu kuhembuskan panjang sekali.
ketika kubuka mataku, dadaku sudah tidak sakit lagi.
..
selamat dan terima kasih untuk kemenanganmu, keberhasilanmu, kerja kerasmu. kamu pantas mendapatkannya. terima kasih sudah hidup. aku beruntung selalu dipertemukan dengan para pemenang. para pejuang. semoga kamu selalu sehat & bahagia & dicukupkan, agar kamu bisa terus berkarya dengan gembira.