aku pikir-pikir lagi, meskipun penuh dengan derita 😂, hidupku ini penuh keberuntungan juga. seumur hidupku hingga saat ini, tiga kali aku bertemu dengan sosok yang bisa membuat aku merasa: dilihat + didengar + diterima seutuhnya + dicintai tanpa syarat apapun. tiga kali aku bertemu dengan satu-satunya:
1. mak-e (manusia, kakaknya mamaku). meskipun aku baru menyadari kalau dia satu-satunya, 10+ tahun setelah kematiannya.
2. kimi (kelinci). aku sadar dia satu-satunya di satu tahun terakhir kehidupannya.
3. orin (kucing). aku langsung tau dia satu-satunya sejak pertama kali aku melihatnya. meskipun sayangnya, pertemuan kami singkat saja rasanya.
aku nggak tau untuk manusia lainnya. tapi untuk manusia seaneh aku, merasa benar-benar dilihat didengar diterima sebagaimana adanya adalah kemewahan. setiap pertemuan dengannya adalah cinta kasih yang berwujud berupa. setiap waktu yang berlalu dengannya adalah berkah yang tak terkira.
dicintai. aku merasa dicintai.
dan aku merasa terhubung. seperti jiwa kami terikat. kuat.
sayang sekali, mereka semua pergi dengan tiba-tiba. mungkin begini rasanya, menemukan sesuatu yang sangat berharga, satu-satunya, dan lalu beruntung dipinjami sebentar. ketika saatnya diambil lagi, rasanya hati ini seperti dirampok. seperti ada bagian besar hati ini yang dicerabut paksa & tiba-tiba hanya terdapat ruang kosong. tiba-tiba sakit dan sunyi, tapi kamu juga kehilangan konteks terhadap waktu, dan ruang, dan realita. meskipun aku paham, iya mereka bukan milikku. aku hanya dipinjami. tapi kenapa diambil terlalu cepat.. dan kenapa sangat tiba-tiba?
kemarin itu seperti ada tsunami. hari ini aku terbangun lalu aku melihat sekeliling: hanya aku yang hidup. sendirian.
..
dulu waktu kimi mati, aku merasa seperti jalan hidupku tiba-tiba dihadapkan pada jurang yang sangat dalam. aku bingung bagaimana aku bisa melanjutkan perjalanan? dia adalah satu-satunya. setelah kematiannya, setiap hari aku menulis surat untuknya selama dua tahun. ditulis tangan, di atas kertas, dan masing-masing aku masukkan di amplop yang tersegel. aku pikir hanya dengan begitu aku bisa melanjutkan hidup. di hari kematian kimi, aku bilang sama basuki:" aku nggak akan pernah bisa ketemu lagi, yang cinta sama aku seperti kimi mencintaiku. karena mana mungkin, manusia bisa menang lotere dua kali? manusia di dunia sangat banyak. mana mungkin aku bisa seberuntung itu: bertemu cinta sejati - lagi."
..
dulu sekali, waktu aku masih kecil, aku sangat suka kucing. atau mungkin bukan 'suka' kata yang tepat. aku merasa terhubung dengan kucing liar. seperti aku bisa memahami mereka. aku adalah mereka. setiap kali aku melihat kucing liar di jalan, hatiku seperti teriris-iris kesedihan yang dasyat. aku tidak mengerti kenapa bisa begitu. aku sampai merasa sangat terganggu dengan perasaan itu, hingga pada suatu hari di dalam mobil di perjalanan ke rumah nenek teman kuliahku di bali, aku berdoa kepada tuhan: "tolong hilangkan rasa cintaku ke kucing, atau jangan pernah lagi pertemukan aku dengan kucing liar."
seingatku sejak saat itu, tidak pernah lagi aku bertemu dengan kucing liar. kalaupun bertemu hewan liar, aku lebih sering bertemu anjing. & bertemu anjing liar itu, rasanya tidak mengiris hati seperti bertemu kucing liar. aku senang bertemu mereka, sampai suka sekali bawa makanan anjing ke mana-mana meskipun tidak punya anjing.
sampai bertahun-tahun kemudian aku bekerja di jakarta, aku berteman dengan orang-orang yang sangat tidak suka kucing. aku sangat suka pada teman-temanku, sampai aku meyakini bahwa aku pun tidak suka kucing lagi. bahkan aku bertanya-tanya; kok bisa ya dulu aku suka kucing? mereka kan sama sekali enggak lucu. (kayaknya aku bahkan pernah nulis di blog tentang ini). di saat-saat itu, aku mulai melihat kucing-kucing liar lagi, tapi aku tidak merasa sedih lagi ketika melihat mereka. sekarang aku pikir-pikir lagi, oh itu ya, caraku dan alam raya membentengi hatiku dari rasa sakit bertemu kucing liar? membangun tembok yang tinggi, dan tebal, dan kuat - selama bertahun-tahun.
...
3 tahun setelah kematian kimi, rumahku kedatangan kucing liar. waktu itu aku bilang sama dia: "akutu nggak suka kucing lagi, lo. ngapain kamu ke sini? aku ini bukan cat person." 😅 aku bilang begitu sama dia, tapi aku biarkan saja dia setiap hari masuk ke dalam rumah & duduk di kursiku. aku bahkan namai dia: manohara. dia datang setiap hari padahal aku enggak kasih dia makan. aku bilang sama dia: "aku punyanya makanan anjing." tapi pada suatu hari aku menemukan diriku sendiri membeli makanan kucing untuk manohara.
14 februari 2018, manohara datang dan duduk lama sekali di pangkuanku. sambil mengelus punggungnya, dalam hati aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, apa iya aku mau mulai cinta lagi sama kucing? apa aku sudah siap dengan sakitnya?
hari itu, hari terakhir kami bertemu.
(bersambung)
menulis cerita ini, tiba-tiba aku ingat beberapa waktu yang lalu seorang teman bertanya: "menurutmu, apa mungkin di kehidupanmu sebelumnya kamu adalah stray cat?" padahal dia enggak tau ceritaku dengan kucing ini, lo. (tapi sih dia tarrot reader 😐)