Sunday, January 2, 2022

satu-satunya yang ke tiga (bagian dua)

baca dulu bagian satu di sini.

..

manohara tidak pernah datang-datang lagi. tapi aku jadi jauh lebih sering melihat kucing. aku bilang sama basuki: "kok sekarang di kompleks ini jadi ada banyak kucing, ya?" basuki jawab: "loh dari dulu ya udah banyak." "OYAAA?!" aku pikir, berarti mungkin sebetulnya bukan selama ini tidak ada kucing di sekitarku, tapi aku yang memutuskan untuk tidak melihat mereka.

aku juga jadi jauh lebih sering melihat kucing liar di tempat-tempat lain, seperti misalnya di stasiun krl. di masa-masa sebelum pandemi itu, aku sedang suka sekali main sendirian naik kereta & wfs (work from sebuahtempatlucu 😐) yang berbeda-beda setiap hari selasa. jadinya kadang aku bawa makanan kucing untuk kucing-kucing yang aku temui di stasiun. aku melihat hubunganku dengan kucing juga membaik. aku tidak lagi merasa bertanggung jawab terhadap kucing liar, meskipun aku peduli terhadap mereka. aku mulai belajar membuat boundaries untuk diriku sendiri. 

saat itu juga kebetulan aku sedang belajar bercocok tanam. untuk pertama kalinya aku menyadari bahwa sebagai manusia, ternyata akarku sangat lemah, kecil, dan mudah patah. itu kenapa aku sangat mudah terombang ambing. aku pikir mungkin dengan belajar menanam, menumbuhkan sesuatu, bisa jadi salah satu caraku juga untuk menguatkan akar jiwaku sendiri. aku rasa mungkin itu juga kenapa selama ini, setiap aku mencoba menanam tanaman apapun, tanaman itu selalu mati karena bermasalah di bagian akarnya.

jadilah aku mulai belajar menanam sayuran di halaman belakang rumah. selama berbulan-bulan belajar menanam dengan berbagai cara gagal terus. bahkan setelah berhasil menumbuhkan berbagai sayur pun, enggak pernah bisa sampai panen, karena ketika tanaman sudah mulai besar, selalu saja lalu DIMAKAN TIKUS! aku beli kawat duri, beli buah bintaro, semua gagal. tikus-tikus tetap berhasil memakannya.

..

di masa-masa gagal panen itu, di rumah mulai kedatangan seekor kucing baru yang kemudian aku panggil: bolu. setiap bolu datang, aku kasih dia makan. sampai pada suatu siang aku entah tiba-tiba merasa dapat ide cemerlang dari mana, menawarkan bolu pekerjaan. sebetulnya aku nggak kenal-kenal amat sama bolu. kami bertemu baru tiga kali. tapi di mataku bolu terlihat seperti kucing yang sangat bertanggung jawab & mau bekerja. aku tanya sama dia, "mau nggak kamu, kerja di sini nungguin kebon sayurku? kerjanya mulai matahari tenggelam sampai matahari terbit. bayarannya makan minum sepuasnya & kalau sakit aku kedokterin?" aku perlihatkan kebon kecilku & aku bilang, "kalau kamu mau, datang yaa nanti sore!" lalu dia nyelonong pergi begitu saja. aku pikir, mungkin dia nggak tertarik. atau mungkin aku saja yang sudah gila mikir kucing bisa ngerti aku ngomong masalah tawaran pekerjaan, gaji & jaminan kesehatan.

tanggal sebelas bulan agustus. sore itu mendung sekali, padahal siangnya sangat terik. dan benar bolu datang lagi. tapi dia tidak sendirian. dia membawa anak-anaknya yang masih bayi. ENAM EKOR. lah ternyata dia ibu-ibu?! dan punya anak enam?! 😭

selesai memasukkan semua anaknya ke dalam gudang, hujan turun deras sekali. wuaaah drama sekali WHY?! gimanaaa iniii.. aku kebingungan harus bagaimana. tidak mungkin kan, sudah mulai gelap, mana sedang hujan deras begini aku usir ibu-ibu beranak enam YANG DATANG KARENA TADI AKU SENDIRI YANG SURUH DIA DATANG?! dia datang bawa anak-anaknya, ya iyalah kan dia ibu-ibu?! ya gimanaa aku bahkan nggak tau bedanya kucing jantan sama betina. apalagi membedakan apa betina ini sedang hamil atau menyusui atau enggak.. trus aku main kasih kerjaan aja ke dia. huhuhu. mana aku belum bilang basuki tentang bakal ada kucing tinggal di rumah, apalagi sekaligus tujuh. bagaimanaaa iniii. benar-benar tidak habis pikir sama diri sendiri. "kenapa sih feeen kok kamu tu ideee banget sukanya cari-cari masalah ajaaa." 🙈


(bersambung)

No comments:

Post a Comment