kamu pernah nggak sih, melihat dirimu sendiri berjalan menuju tepian jurang, meskipun sesungguhnya kamu tidak ingin melakukannya? meskipun kamu tau kalau sebetulnya bukan itu yang semestinya kamu lakukan? bukan itu tempat yang kamu tuju?
kamu tau segala yang semestinya, segala pilihan yang lebih baik, tujuan yang lebih benar, tapi kamu jalan aja terus - nggak berhenti. dalam hati kamu cuma berharap, "semoga kali ini aku tidak apa-apa," meskipun kamu tau itu tidak mungkin.
dulu kamu pernah berjalan ke arah jurang dan terjun dari tepiannya, dan kamu pernah melihat dirimu sendiri hancur lebur dibuatnya - butuh lama sekali untuk bisa menyusunnya kembali. tapi itu tidak menghalangi kamu untuk melakukan hal yang sama, sambil berharap kali ini hasilnya bisa berbeda.
"ndableg," kalau kata mamaku. orang-orang pintar bilang, itu namanya bodoh. ahli kejiwaan menyebut itu trauma. aku bilangnya, "aku capek."
aku merasa hidup itu sulit. benar-benar sulit. aku sering heran melihat bagaimana manusia-manusia lain sepertinya dengan sangat mudah melakukannya. tidak hanya mampu bertahan hidup, tapi bersinar terang di dalam kehidupannya. sangat terang hingga menerangi sekelilingnya. kayak matahari.
sementara aku lebih sering mempertanyakan tuhan, apa benar aku diciptakan untuk hidup di bumi pada masa ini? jangan-jangan ada kesalahan administrasi. wkwkwk. tapi tuhan bukan kantor pemerintahan. selain itu kita juga sudah memutuskan kalau tuhan itu maha sempurna. jadi nggak mungkin kan, dia salah. tapi kok begini? kadang aku merasa di jidatku ini ada stempel yang menyala di dalam gelap: kurang spec.
No comments:
Post a Comment