Wednesday, March 12, 2014

dia datang kembali

ketika sd, 
pelajaran yang paling saya tidak suka adalah pelajaran olahraga. 
lari keliling lapangan, saya selalu di urutan terakhir. 
kasti, selalu terkena bola.
dan lompat (tidak terlalu) jauh. 

tapi yang paliiing saya tidak suka dari pelajaran olah raga adalah ketika pelajaran lompat tinggi. 

dada saya berdegup kencang sekali, ketika setiap pelajaran olahraga saya melihat pak sugeng guru olahraga membawa 2 tiang kayu berwarna coklat.


ah. lompat tinggi lagi..


saya tidak suka lompat tinggi. dan tidak bisa. mungkin bukan karena badan saya kecil yang membuat saya tidak bisa melompati sebilah bambu melintang itu. saya punya teman yang badannya jauh lebih kecil, tapi dia bisa. dan saya tidak.

masalahnya mungkin karena dia berani. 
dan saya tidak.

pinggiran potongan bambu itu sepertinya tajam sekali. juga pinggiran bak pasir yang terbuat dari semen itu kelihatannya keras sekali dan sakit kalau kena lutut. saya takut lutut saya terkena bambu ketika melompat, dan saya takut jatuh diatas pinggiran bak pasir. 

saya takut takut takut.

---

giliran saya tiba. 
"fenty, absen nomer 21!"

saya berlari.

tapi lalu berhenti.

tepat didepan bambu yang melintang.

pak sugeng berteriak:
"ulang sekali lagi, jangan takut!"

mungkin kali ini bisa.
saya berlari mengambil ancang-ancang, 

tapi saya kembali berhenti di depan bambu. 

pak sugeng berteriak lagi:
"ya sudah, nanti kamu ulang lagi terakhir setelah teman-teman yang lain"

mungkin nanti aku bisa

tapi lagilagi sampai di depan bambu saya tidak melompat.
potongan bambu saya tabrak hingga jatuh.

begitu terulang setiap pelajaran olah raga, sampai saya kelas 6 dan lulus, saya tidak pernah bisa melompati potongan bambu itu. saya dapat nilai 7 di rapor untuk pelajaran olah raga. entah karena nilai saya selalu bagus di pelajaran atletik (bergulung ke depan, belakang, kayang, gitugitu. hahaha), atau mungkin hanya karena saya murid teladan se kabupaten. masak iya di rapotnya ada nilai 5. hahahaha.. menyedihkan

---

di smp saya lebih beruntung, karena tidak pernah ada pelajaran lompat tinggi. 
mungkin karena seluruh lapangan olahraganya diplester. 
yaay bahagia sepanjang 3 tahun bersekolah. bebas dari bayangbayang sebilah bambu melintang.

---

di sma, ketika saya lihat ada bak pasir besar diantara lapangan bola dan lapangan basket, saya langsung:
aduh

tapi kali ini saya beruntung lagi. seingat saya, sepanjang 3 tahun itu, pelajaran lompat tinggi hanya ada 1 kali, dan kali itu saya bolos dengan alasan sakit. uhuk.

---

lalu ketika kuliah, yang dikuatirkan juga cuma satu:
"di kampus ada pelajaran olah raga nggak sih?"
"enggak"

aaaaa rasanya legaaaaa
bebas selamanya dari horor lompat tinggi
si potongan bambu saya delete dari contact hp
selamat tinggal!
adios!

---

yang saya tidak tau kemudian,
setelah 20 tahun sejak pertama kali bertemu dengan si potongan bambu,
dan saya kira kami sudah berpisah bersamaan dengan status baru jadi mahasiswa,
ternyata dia tidak benarbenar pergi

dia datang lagi
dalam bentuk yang berbeda
bukan lagi sebagai potongan bambu

dia kembali melintang di hadapan saya
dan yang saya tau, saya harus lompat
sekarang atau nanti
hantu potongan bambu yang bangkit kembali itu tidak akan benarbenar pergi, sebelum saya berhasil melompatinya

apa iya, saya akan bisa?

tapi kali ini tidak ada pak sugeng yang baik hati
atau uks tempat melarikan diri


sahabat saya si teteh dokter bilang: "nekat & bismillah"
lalu sahabat saya si nona nyonya dokter menimpali, sambil mengquote temannya residen senior:

"embuh piye carane, pokokmen ngono"



*entah bagaimana caranya, harus terjadi



No comments:

Post a Comment