be careful what you wish for.
menurut kamus merriam-webster:
—used to tell people to think before they say that they want something and to suggest that they may not actually want it
tapi menurutku, hati-hati dengan apa yang kamu harapkan itu bukan karena yang kamu inginkan itu mungkin salah & akan menjadi sesuatu yang kamu sesali, atau ternyata tidak kamu inginkan. tapi lebih pada, kamu belum tau keseluruhan dari apa yang kamu inginkan itu.
tapi, apa sih di dunia ini yang kita sudah tau keseluruhannya sebelum kita memilihnya? kan nggak ada. hidup saja kita nggak tau nanti akhirnya seperti apa. tapi kan ya kita tetap pilih hidup. kan? (KAMU MEMILIH HIDUP, KAN?) semua yang aku pilih banyak yang ternyata mengejutkan, mengecewakan, menyakitkan, menyedihkan. tapi tidak ada yang aku sesali.
dulu aku sempat berpikir, enak ya jadi dukun. dia tau hal-hal yang kebanyakan orang tidak ketahui. gimana coba rasanya jadi orang seperti itu? pasti rasanya sangat powerful. knowledge is power, katanya.
ternyata enggak sama sekali. justru sebaliknya.
menjadi orang yang tau lebih banyak dari orang lain itu sering-sering justru rasanya sangat-sangat melemahkan. seperti tidak bisa berbuat apa-apa.
inner knowing. ada yang bilang karena aku punya inner knowing itu makanya orang sering sekali menceritakan masalah-masalahnya kepadaku (walau aku pikir sebetulnya lebih karena aku nggak suka nggosip, jadi rahasiamu aman kubawa mati - atau hilang, karena besokannya aku udah lupa 💩)
tapi, ya. uuuuuugh. tiap orang cerita tentang masalahnya, sering-sering aku tau apa yang sebetulnya terjadi, apa yang akan terjadi kalau dia melakukan apa, apa yang dia sembunyikan, apa yang sebetulnya dia inginkan (biasanya ini nggak diceritain), rasanya kayak aku bisa lihat zoom in sekaligus zoom outnya gitu lo. dan karena:
1. aku tau apa yang paling dia inginkan sesungguhnya, meski aku tau apa yang 'sebaiknya' dia lakukan.
2. aku tau dia akan tetap melakukan apa yang dia inginkan, bukan yang sebaiknya dia lakukan.
3. aku tau ini adalah ceritanya dia, bukan ceritaku. perjalanannya dia, bukan perjalananku. dia harus mengalami apa yang dia mesti alami, & kadang insight dari aku meski 'benar', justru akan menjauhkaan dia dari pelajaran yang semestinya dia terima. (dan harus dia terima, karena kalau tidak, justru dia akan mengulang pelajaran yang sama di kemudian hari.)
rasanya seperti mengetahui di depan sana ada jurang, tapi aku nggak bisa bilang sama dia. karena dia memang mesti masuk jurang, jadi aku bilangpun, dia (biasanya) tidak akan mau mengubah arahnya. aaargh rasanya frustasi sekali.
..
tapi setelah aku pikir-pikir lagi, mungkin aku tau kenapa sesungguhnya tuhan beri aku kemampuan ini. ini pelajaranku juga. aku mesti belajar percaya bahwa segala yang terjadi itu terjadi untuk kamu, bukan pada kamu. aku mesti belajar melihat kasih sayang tuhan pada setiap peristiwa, karena meski aku menganggap masuk jurang itu buruk, biasanya bukan itu yang sesungguhnya terjadi. karena aku hanya melihat lebih banyak, bukan melihat semuanya. aku mesti belajar untuk fokus pada perjalananku sendiri, bukan perjalanan orang lain.
lagipula, mungkin ini cara menyayangi yang sesungguhnya. menemani, bukan mengarahkan. dulu aku pikir menemani orang masuk jurang itu aku mesti masuk jurang juga. ternyata enggak.
jadi kalau kamu tau aku tau, dan kamu bilang: "ayolaaah kasih tau apa yang kamu lihat. AKU TAU tadi kamu lihat sesuatu." dan aku bilang, "enggak. aku nggak lihat apa-apa." itu karena itu.