dulu waktu aku masih kecil, papa selalu bilang diulang-ulang: "jujur ajur. jujur ki ajur, mbak!" hahaha. mungkin karena aku selalu melakukan sesuatu yang membuat beliau khawatir. dari dulu (sampai sekarang juga kalau lagi ngobrol) papa selalu bilang kalau aku ini terlalu jujur. "bohong nggak apa-apa sesekali untuk kebaikan"
kalau mama dengar, matanya seperti mau protes tapi trus nggak jadi. hahaha.
prinsipnya mama adalah kebalikannya papa: "jujur mujur" (walaupun sebenernya aku juga curiga mungkin itu cuma karena mama orangnya nggak bisa bohong aja). tapi mungkin mama juga ada rasa takut kalau suatu saat aku terlibat masalah karena terlalu jujur itu, jadinya bingung sendiri dia. hahaha. karena mama sebetulnya juga sering terlibat masalah hanya karena dia selalu mengatakan hal yang sebenarnya atau tidak bisa berbohong. tapi kalau mama itu 100% nggak bisa bohong sih. aku sering banget ajarin mama untuk bohong ke papa, trus nanti setelah mencoba praktek, mama akan kembali dengan frustasi: "aku ora isooo mbaaaak.. kamu sih gampang bohong. kamu anaknya papa" hahaha.
kefrustrasian papa kepadaku sepertinya dimulai bahkan sejak aku masih kecil sekali. waktu umur 3 tahun, aku punya teman tetangga yang sakit kulit gitu. namanya tiwuk. lucu kan namanya. suatu hari papa mama panggil aku, trus bilang aku nggak boleh main lagi sama tiwuk. kata papa tiwuk itu sakit kulit yang menular.
"lah trus aku bilang apa dong nanti sama dia, kalau dia ajak main?" aku lupa papa bilang apa, tapi intinya papa mama ajarin aku buat bohong gitu. hahaha "bilang aja kamu begini begitu". trus aku jawab: "nggak mau! aku nanti mau bilang ke tiwuk kalau aku nggak boleh main lagi sama dia karena dia sakit kulit. papa mamaku takut aku ketularan. kalau papa mau bohong ya sana papa aja sendiri yang bilang ke tiwuk" aku bahkan masih ingat mamaku langsung panik "loh! loh! sik. sik." hahaha.
perdebatan anak umur 3 tahun & kedua orang tuanya siang itu sangatlah panjang. karena aku punya banyak sekali pertanyaan: "memangnya dia sakit apa? beneran bisa menular? gimana cara menularnya? gimana kalau aku tetep boleh main sama dia tapi aku nggak pegang? trus nanti dia main sama siapa? dia berapa lama sembuhnya? obatnya apa? kenapa papa nggak bilang aja sama ibunya suruh obatin tiwuk pakai obat itu? kapan aku bisa main lagi sama dia? kenapa harus bohong?
akhirnya aku memang nggak bohong sama tiwuk. nggak sempat. karena ternyata dia tiba-tiba harus pindah ke rumah neneknya.
...
waktu sd, akupun pernah frustrasi ketika pelajaran ppkn. aku ingat pernah tanya sama pak guru di tengah tengah thb. (tes hasil belajar tiap 4 bulan sekali) ketika ada pertanyaan di soal ujian:
apa yang akan kamu lakukan ketika melihat teman-temanmu berkelahi di kelas?
a. melapor pada guru bp;
b. menyoraki beramai-ramai;
c. ikut berkelahi;
d. diam saja lalu pergi ke kantin.
aku tanya: "pak, ini jawaban yang nanti dianggap betul itu, apa yang saya lakukan, atau yang sebaiknya saya lakukan? jawaban yang dapat nilai yang a atau d, pak? soalnya kalau apa yang saya lakukan saya pilih d. itu dapat nilai nggak nanti? tapi pak. ini di pertanyaannya nggak ada kata 'sebaiknya'?"
pak guru pun frustrasi. dia sampai bilang: "iya, di kunci jawabannya yang betul a" - di depan kelas. hahaha. teman-teman mukanya bingung kenapa aku menanyakan pertanyaan gampang yang mereka semua udah tau jawabannya.
beberapa belas tahun kemudian ternyata adikku sadham mengalami hal yang sama persis. dia anggap ppkn itu pelajaran yang paling sulit. menurutku, mungkin saja ppkn itu punya andil dalam menciptakan masyarakat indonesia yang normatif. kurang menghargai kejujuran. bohong itu bikin nilaimu jadi bagus.
...
waktu sma (aku pernah cerita tentang ini nggak ya, lupa). aku punya teman yang perfect gitu dia. baik hati, solehah, pintar sekali, punya banyak teman, manis & disukai semua guru & teman. suatu hari di gazebo depan ruang bahasa dia bilang begini: "fenty kamu itu anaknya lucu sekali ya. aku dulu pertama kali ngobrol sama kamu aku kaget karena kamu jujur banget. aku nggak pernah punya teman seperti kamu. aku sampai shock" dia kayaknya nggak tau aku lebih shock lagi karena kupikir orang sekeren dia pasti lebih terbiasa dengan kejujuran daripada aku.
...
temanku di mantan kantor di jakarta pernah bilang aku adalah orang paling lugu yang pernah dia temui. dan dia itu sudah jalan-jalan keliling dunia lo. jadi pasti ketemu banyak banget manusia kan. "epeeeen kamu lugu sekaliii.." dia selalu bilang sampai sudut matanya melengkung ke bawah.
...
waktu aku suatu hari keheranan & tanya sama suaminya (suaminya aku, bukan suami teman): "kenapa sih kok orang selalu bilang aku tu lugu?" dia jawab: "ya karena kamu tu memang luguuu, momocan. kamu ada orang yang bilang sayang aja percaya. kamu ada orang bilang dia lagi nggak punya duit aja percaya" ya soalnya kenapa harus ada orang bohong tentang 2 hal itu kan.
...
pagi ini aku baca thread di twitter tentang seorang mahasiswa kedokteran yang diusir & disuruh merenung karena sewaktu ditanyai kenapa dia mau jadi dokter, dia jawabnya: "karena di negara ini, profesi ini lebih menjamin dalam urusan ekonomi" trus setelah dekan yang dengar jawabannya marah, dia jadi bingung dia salah apa, karena dia cuma menjawab jujur.
dia ditanya alasan kamu apa. dan itu memang alasannya dia.
jadi kenapa itu salah?
...
aku (seperti prediksi papa), tentu sering sekali mengalami hal seperti itu.
dulu aku tidak mau menikah (sampai sekarang juga nggak berubah sih). aku pernah bilang sama teman kalau di indonesia ini perempuan nggak menikah nggak bikin ibunya sengsara, aku pasti pilih tidak menikah. waktu calon suami bilang orang tuanya mau datang melamar, aku sampai merengek seperti bocah di telepon: "nggak mauuu.."
calon suami sih nggak kaget. karena aku memang sudah sering bilang aku nggak mau menikah. aku bilang sama dia, satu-satunya alasan kenapa aku mau menikah cuma karena nanti setelah aku menikah aku bisa bebas di rumah keluyuran hanya pakai kaos & celana dalam. yang hal tersebut nggak mungkin terjadi kalau aku tinggal di rumah atau di kos.
kalau pas jadi calon suami dia nggak kaget, setelah jadi suami dia malah kaget. sampai sekarang dia masih suka tertawa sendiri kalau lihat aku di rumah lewat-lewat di depannya dia. kalau ditanya kenapa, jawabannya: "aku tu masih inget waktu kamu bilang kenapa kamu mau menikah, cuma supaya bisa pakai celana dalam di rumah. aku tu sampai sekarang masih heran kok ada orang ngomong kayak gitu & ternyata itu nggak bohong". biasanya aku langsung ngegas: "ya memang enggaaak. la ngapain aku bohong"
kata suaminya tadi pagi, "coba kalau kamu ngomong ke orang, kamu pakai kerudung bukan karena perintah agama, tapi karena alasanmu yang sebenarnya. kamu pasti juga langsung di-bully. langsung di-unfollow berapa ribu orang di instagram" aku bilang: "oyaaa?" hahaha. challenge accepted. aku nulis blog ini.
aku pakai kerudung itu karena aku paling nyaman pakai baju seperti ini kalau ketemu orang lain. kalau kemana-mana pakai helm itu nggak makin menarik perhatian orang, aku pasti kemana-mana pakai helm. atau topeng ultraman. kalau di rumah aku paling nyaman pakai celana dalam seperti panpaka (tapi pakai baju ya, panpaka kan enggak)
kalau bilang kenyataan ini bikin followerku tinggal 11 yaudah. follower nggak dibawa mati. hahahaha (omongan orang yang followernya 11 kayak gini ini)
...
eh, tapi mungkin juga sih alasan dulu mau menikah bukan cuma karena kepingin bisa pakai celana dalam saja di rumah. tapi karena aku menikahnya sama salah satu lakilaki paling jujur yang pernah kutemui. saking jujurnya dia, sampai aku sebagai orang paling jujur nomer 2 dalam keluarga ketemu dia, aku sampai shock. hah. kok semua orang bilang gambarku bagus, dia bilang gambarku jelek. hahaha. (dendam dibawa mati)
"honest hearts produce honest action" - anonymous
jujur aja, kenapa sih.
selama ini sih aku selalu mujur.
nggak tau kalau sore.
hahaha.
Friday, March 9, 2018
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment