Monday, March 5, 2012

senyum dooong..

saya suka senyum.
baik senyum sama orang lain, ataupun senyumsenyum sendiri. 
dogi di kantornya suami saja suka saya senyumin. kayaknya dia ngerti kok soalnya ekornya goyanggoyang tiap kali saya datang. trus dia juga suka pose salute kalau sedang duduk didepan saya yang sedang duduk baca komik di kursi malas. (posenya -si dog- seperti kalau manusia jongkok trus tangannya dinaikin gitu sejajar dada) hebat kan kayak mandor banget. suaminya lembur, sementara istrinya duduk santai di kursi malas sambil baca komik sama dogi di pinggir kolam sampai tertawatawa.

mau ngomong apa ya, saya tadi. kok malah cerita nggak tentu arah.

oiya. senyum.

kebiasaan saya senyumsenyum ini agaknya aneh bagi banyak orang. mungkin kalau orang suka senyum itu diidentikkannya dengan orang gila? atau orang yang nggak serius, jadi nggak keren? atau gimana

kalau bagi saya, senyum itu,,
ya senyum saja, gitu.
nggak harus ada alasannya.
nggak akan menurunkan wibawa seseorang, apalagi mendatangkan kerugian.

mungkin untuk saya, senyum itu lebih seperti gerakan refleks. 
ketemu mata sama orang, senyum.
ditanya, "masak apa hari ini?", senyum. (karena nggak masak, tapi gengsi kalo jawap nggak masak) 
dijahatin, senyum. (syarat dan ketentuan berlaku/ nggak sedang pms)
dibilang cantik, senyum.
dibilang baik, senyum.
dibilang lucu, senyum.
dituduh bohong, senyum.

saya sering dengar pertanyaan ini:
"lo ngapain sih pen, senyumsenyum?"
lah. saya ketemu mata sama dia. ya saya senyum.

saya kepingin tau deh. apa yang dilakukan orang normal kalau ketemu mata gitu. melotot? kedipkedipin? meletmelet? kembangkempis hidung? atau nggak ngapangapain trus buang muka aja? bagi saya, -dalam keadaan sadar-, yang terakhir itu justru yg paling sulit & saya nggak bisa, walaupun sudah berusaha.

iya saya berusaha.
saya punya tetangga yang saya selalu lewat depan rumahnya setiap hari karena posisi rumahnya menghadap jalan keluar masuk kompleks. ada bapakbapak yang setiap saya lewat pagi siang sore malam, selalu sedang duduk diteras. dulu selalu saya sapa: "permisi pak.." tidak ada anggukan kepala atau senyuman apalagi sapaan balasan. terulangulang beberapa kali bahkan suami juga mengadu hal yang sama, sedangkan kami cukup yakin bapak itu bisa mendengar & melihat kami. 

sejak itu saya berusaha tidak menyapa. tapi entah kenapa tetap tidak bisa kalau secara tidak sengaja bertemu mata. mungkin karena faktor gerak refleks itu tadi. jadi kalau lewat sana sekarang saya menunduk. sambil nyabutin rumput. (eh ini serius, lo. kan demi mencari makanan untuk kelinci)

ada juga tetangga sebelah rumah, lewat di depan rumah mini kami. (rumah mini nggak ada pagar, jadi depan teras langsung jalan paving). kami bertemu mata. lalu saya senyum. "baru pulang, bu?" mukanya datar, tapi tetap melihat ke arah saya. saya merasa aneh. tapi malah saya tambahi perasaan heran saya sendiri dengan pernyataan susulan: "saya lagi beresberes kandang kelinci nih, bu"
dan tetap tidak ada tanggapan. 
ah..

krik krik krik.
krook.
krik krik krik.
krook.
(jangkerik & kodok paduan suara)

kenapa ya? kenapa ya? saya saja kalau senyumnya nggak dibalas sama bos suka patah hati. padahal harusnya saya ngerti si bapak sedang sibuk & pasti lebih sibuk daripada saya, sampai nggak sempat balas senyum anak buahnya.

dan memang sih ada saatsaat tertentu dalam hidup saat kita nggak kepingin senyum aja, gitu.

saya jadi ingat saya pernah cerita tentang bapakbapak yang tinggal di gang sempit di bandung dulu yang saya senyumi setiap saya lewat, suatu hari berkomentar: "neng, kok kalau lewat sini suka ketawaketawa sendiri sih?"

senior di kantor lama juga bilang ikon ym yang :D mirip sekali sama saya. 

kalau dipikir lagi, iya sih ya, itu ikon nyengir. bukan senyum.

ah.
jadi,
selama ini bukan saya yang salah ekspresi kan ini???

No comments:

Post a Comment