yolanda

huwaeu.huwaeu.huwaeu.

saya tadi habis beli bubur ketan merah ke masmas yang lewat tiap pagi. dan lalu sang penjual ketan bertanya:
“loh, dek, kok masih di jogja?”

ibuibu yang belanja di simbok sayur ketika melihat saya keluar dari rumah, saling sahut menyahut:
“loh, mbak fenty, masih libur?”

sodarasodara yang datang ke rumah terkagetkaget:
“lo, anak perempuan kok masih disini?”

tukang jamu:
“masih libur, ya dek?”

tukang bubur ayam:
“loh, tasih gerah menopo mbak, kok dereng kondur dateng bandung?”
(translate: loh, masih sakit ya, kok belum pulang ke bandung?)

tukang rujak:
“di jogjanya sampai kapan?”

temanteman saya di acara reuni angkatan:
“lo, pen, kok kamu datang?”
“lo pen, kok kamu disini?”
“lo, pen?”
“lo, pen?”

tamu ayah saya yang datang untuk memesan sajadah batik, temannya ibu saya yang datang untuk mengantarkan pepes ikan oleholeh dari asistennya, temantemannya dek allan yang datang ke rumah untuk mengajaknya main futsal, semua menanyakan tentang keberadaan saya di jogjakarta. (ya ampun, saya ini wong jogja asli lo. kok asa aneh saya disini..)

bahkan para bayi teman mas sadham yang datang untuk main game pun, terheranheran:
dam, kakakmu kok ada disitu, dam?
(ketika melihat saya sembunyi di pojokan ruang tamu di balik sofa dengan tujuan mau mengageti adik saya&temantemannya itu).

bahkan ibu saya sendiri pun nggak mau ketinggalan:

“portofoliomu itu udah selesai belum sih, mbak?”
(translate: mbak, kok kamu tiap hari malesmalesan aja kerjaannya. grayakgrayakan nggangguin adekadeknya. . katanya mau kerja ke singapur, kok belum dibikinbikin portofolionya? dasar pemalas. hush! pergi sana! herr. herrr!)


aaaaaaaaaaa!!!


notes: grayakgrakakan, dalam istilah ibu saya berarti bersikap tidak sesuai teori perempuan jogja seharusnya yang lembut malumalu mempesona. kalau dalam istilah mas sadham ketika menyebut saya: preman jalanan cewek.