kamu pernah dengar kan, kata-kata semacam: "jangan lakukan sesuatu ke orang lain, hal yang kamu nggak mau orang lain lakukan itu ke kamu."
aku ingat banget waktu aku masih sd pertama kali dengar kalimat itu, aku langsung "wow, ini jenius banget." waktu itu aku memutuskan untuk menyerap setiap esensi dari kalimat tersebut supaya aku bisa ingat selamanya.
yang aku baru saja sadari adalah, ternyata selama ini aku salah mengambil inti dari kalimat tersebut. selama ini aku berpikir, berarti: kalau kamu tidak melakukan sesuatu ke orang itu hal yang kamu nggak mau orang itu lakukan ke kamu, pasti dia akan melakukan hal yang sama.
aku nggak pernah curangi kamu,
berarti kamu juga nggak akan pernah curangi aku.
SALAH.
aku nggak curangi kamu,
kamu bisa aja kalau mau curangi aku.
aku nggak akan pernah menghianati kamu,
berarti kamu nggak akan pernah menghianati aku.
SALAH.
aku nggak berhianat,
kamu tetap bisa memilih untuk menghianati aku.
aku nggak akan menghakimi apapun keputusanmu, seaneh apapun keputusan itu bagi jutaan orang lainnya di dunia.
berarti kamu akan melakukan hal yang sama, dong. ketika aku dianggap aneh oleh orang-orang lainnya yang nggak kenal aku, kamu adalah salah satu yang nggak mikir gitu. karena kamu tau aku. jadi kamu percaya dengan keputusan yang aku buat.
SALAH.
aku nggak ngejudge kamu,
kamu AKAN SELALU ngejudge aku.
hahahah.
aku sedih & marah dia jahat sama kamu.
berarti kamu juga akan membela aku ketika ada yang jahat sama aku.
SALAH.
aku bela kamu ketika kamu disakiti,
tapi ketika ada orang yang kamu tau jahat sekali sama aku, kamu nggak peduli.
kamu bahkan foto bareng orang itu sambil peluk-pelukan trus kamu upload di instagram storymu & kamu tulis caption: #senengbangetdehseharianngobrolsamaorangini #kitaakrabbangetya #mybestbuddyever
wow.
aku selalu mendukungmu, jadi temanmu.
berarti kamu juga adalah manusia yang mendukung aku, jadi temanku. setidaknya ketika aku membutuhkan itu - yang mana kamu tau jarang sekali aku (mengakui) kalau aku membutuhkan bantuan seseorang, apalagi sampai memintanya.
SALAH.
aku selalu datang ketika kamu "epeeeen aku butuh kamu banget sekarang" meskipun kamu jauh, meskipun aku ada deadline malam itu.
tapi kamu selalu sedang sibuk dengan urusanmu sendiri. kamu menganggap aku manusia yang terlahir tanpa masalah & kebutuhan terhadap manusia lainnya.
aku bahagia dengan semua pencapaianmu.
berarti kamu akan ikut senang juga ketika aku berhasil melakukan sesuatu yang berarti untukku.
SALAH.
aku selalu mengharapkan kebahagiaanmu,
tapi kamu diam-diam kzl ketika hal itu terjadi padaku. "ah tapi kan..", katamu.
aku simpan semua rahasiamu rapat-rapat.
berarti kamu juga akan melakukan hal yang sama, walaupun kamu diancam oleh penculik sekalipun.
SALAH.
aku percayakan kamu hal yang penting,
dan kamu cerita ke orang pertama yang kamu temui hari itu.
ew.
aku maklumi dan maafkan kesalahanmu.
berarti kamu juga pasti paham kalau semua manusia termasuk aku (karena aku juga manusia sama seperti kamu) pasti melakukan banyak kesalahan kecil dan besar setiap hari.
SALAH.
kamu menolak untuk melihat pilihan baik yang aku lakukan, dan memilih untuk melihat kesalahan-kesalahanku dengan kaca pembesar, kamu catat, & terus kamu ingat-ingat.
...
sekarang aku tau, ternyata aku punya pilihan dan bisa memilih untuk melakukan hal yang aku nggak mau orang lakukan kepadaku, atau sebaliknya. karena semua pilihanku itu, nggak ada pengaruhnya sama sekali dengan apa yang orang lain pilih untuk lakukan kepadaku.
"the world owes you nothing." kata basuki tadi pagi.
apakah aku tetap bisa memilih untuk melakukan hal yang lebih sulit,
walaupun tidak akan ada balasannya sama sekali?
aku akan tetap berusaha.
but from now on, i know better on how to do that.
Tuesday, December 3, 2019
Tuesday, October 29, 2019
resolusi akhir tahun
hidup sampai umur 35 tahun, rasa-rasanya aku tidak pernah benar-benar membuat resolusi awal tahun. 🙈 ya kayaknya dulu pernah sih, pas sekolah satu dua kali bikin daftar. tapi cuma karena semua orang di dunia ini bikin, & aku nggak mau jadi beda sendiri. tapi nggak pernah bener-bener ngerti gitu lo, apa sih resolusi & apa gunanya.
ini sudah di akhir bulan ke sepuluh di tahun ini, dan hari ini aku memutuskan untuk membuat daftar. tidak seperti resolusi awal tahun yang kubuat ketika masih sekolah, resolusi kali ini lebih berfungsi sebagai pengingat daripada menjadi target, dan berlaku untuk seumur hidup, setidaknya sampai akhirnya nanti aku menemukan bahwa resolusi ini sudah tidak relevan lagi. karena dalam perjalanan ini, kita pasti akan selalu menemui kesadaran-kesadaran baru.
sebisa mungkin, sebanyak mungkin, aku akan berusaha untuk:
1.
menomor satukan aku.
2.
berhenti bercita-cita menjadi manusia yang sempurna.
3.
berhenti berusaha membuat kamu jatuh cinta sama aku.
4.
memilih.
dengan sadar.
5.
menerima seluruhnya.
konsekuensi atas pilihan-pilihanku.
6.
kalau aku bilang tidak, berarti tidak.
7.
kalau aku bilang iya, berarti iya.
8.
mendengarkan kata hatiku.
9.
mendengarkan badanku.
10.
mempercayai hasil pemikiranku sendiri.
11.
berhenti menjelaskan tentang diriku.
12.
mendapatkan yang aku inginkan.
13.
menerima.
dengan sebaik-baiknya segala rasa yang memang harus aku rasakan.
14.
bebas merasakan yang aku rasakan,
karena untuk merasakan hal tertentu,
aku tidak membutuhkan validasi dari orang lain.
15.
bilang.
apa yang aku mau,
apa yang aku rasakan,
apa yang aku pikirkan.
yang sebenar-benarnya.
atau diam.
16.
melakukan segala sesuatu dalam waktuku sendiri.
17.
berhenti membandingkan diriku sendiri dengan orang lain.
18.
berhenti berusaha untuk menjadi sama dengan orang lain.
19.
bertanya pada diri sendiri: "saat ini kamu sedang merasakan apa?"
20.
bertanya pada diri sendiri: "kamu butuh apa?"
21.
bertanya pada diri sendiri:"kamu inginnya bagaimana?"
22.
berhenti sebentar
(atau lama),
lalu merespon
(atau tidak merespon).
23.
bikin salah.
daripada nggak bikin apa-apa.
24.
bilang sama diri sendiri: "nggak apa-apa, kok."
25.
membiarkan kamu hidup dengan pilihan-pilihanmu.
27.
lebih sabar, sabar, sabar, sayang, dengan diri sendiri.
28.
berterima kasih.
daftar ini akan terus bertambah dan berubah. semoga panjang umur.
ini sudah di akhir bulan ke sepuluh di tahun ini, dan hari ini aku memutuskan untuk membuat daftar. tidak seperti resolusi awal tahun yang kubuat ketika masih sekolah, resolusi kali ini lebih berfungsi sebagai pengingat daripada menjadi target, dan berlaku untuk seumur hidup, setidaknya sampai akhirnya nanti aku menemukan bahwa resolusi ini sudah tidak relevan lagi. karena dalam perjalanan ini, kita pasti akan selalu menemui kesadaran-kesadaran baru.
sebisa mungkin, sebanyak mungkin, aku akan berusaha untuk:
1.
menomor satukan aku.
2.
berhenti bercita-cita menjadi manusia yang sempurna.
3.
berhenti berusaha membuat kamu jatuh cinta sama aku.
4.
memilih.
dengan sadar.
5.
menerima seluruhnya.
konsekuensi atas pilihan-pilihanku.
6.
kalau aku bilang tidak, berarti tidak.
7.
kalau aku bilang iya, berarti iya.
8.
mendengarkan kata hatiku.
9.
mendengarkan badanku.
10.
mempercayai hasil pemikiranku sendiri.
11.
berhenti menjelaskan tentang diriku.
12.
mendapatkan yang aku inginkan.
13.
menerima.
dengan sebaik-baiknya segala rasa yang memang harus aku rasakan.
14.
bebas merasakan yang aku rasakan,
karena untuk merasakan hal tertentu,
aku tidak membutuhkan validasi dari orang lain.
15.
bilang.
apa yang aku mau,
apa yang aku rasakan,
apa yang aku pikirkan.
yang sebenar-benarnya.
atau diam.
16.
melakukan segala sesuatu dalam waktuku sendiri.
17.
berhenti membandingkan diriku sendiri dengan orang lain.
18.
berhenti berusaha untuk menjadi sama dengan orang lain.
19.
bertanya pada diri sendiri: "saat ini kamu sedang merasakan apa?"
20.
bertanya pada diri sendiri: "kamu butuh apa?"
21.
bertanya pada diri sendiri:"kamu inginnya bagaimana?"
22.
berhenti sebentar
(atau lama),
lalu merespon
(atau tidak merespon).
23.
bikin salah.
daripada nggak bikin apa-apa.
24.
bilang sama diri sendiri: "nggak apa-apa, kok."
25.
membiarkan kamu hidup dengan pilihan-pilihanmu.
27.
lebih sabar, sabar, sabar, sayang, dengan diri sendiri.
28.
berterima kasih.
daftar ini akan terus bertambah dan berubah. semoga panjang umur.
Tuesday, October 8, 2019
REKOMENDASI BUKU untuk 2019 #4
langsung ya, mumpung sedang ada niat untuk menulis, (& sebetulnya sih ini aku memang lagi procrastinating karena harusnya ada hal yang lebih penting & mendesak untuk dilakukan, yaitu BALAS EMAIL, tapi malaaaaaaas banget ya allah), mari dimanfaatkan untuk nulis aja lah daripada ngelamun jorok.
BUKU 4:
judul: 13 things mentally strong people don't do
penulis: amy morin
jenis: self help
tahun terbit: 2017
penerbit: harper collins
isbn: 9780062358301
jumlah halaman: 275
amy morin ini adalah seorang terapis di sebuah community mental health center, tapi dia menulis buku ini berdasarkan pengalaman pribadinya ketika dia sedang dalam proses bangkit setelah mengalami tragedi berulang-ulang dalam hidupnya. di halaman awal aku baca buku ini, aku sempat "loh, kok kayaknya aku pernah baca cerita ini, sih." ternyata aku memang pernah nonton ted talknya dia di youtube. nonton dulu aja kalau kamu mau tau penulisnya ini orangnya seperti apa.
ini adalah salah satu buku yang aku paling cepat bacanya, karena gaya menulisnya yang sangat jelas & runut sekali. walaupun singkat, tapi jangan tanya rasanya membaca ini. uh, kayak dirudal hati ini berkali-kali. gitu kan ya rasanya, kalau kamu akhirnya menyadari keadaan diri sendiri yang ternyata jauh dari ekspektasi. hahaha.
jadi tu, aku selama ini berpikir kalau aku ini adalah orang dengan mental yang lumayan kuat. apalagi kalau dibandingkan dengan orang-orang yang aku temui sehari-hari. aku cenderung positif dalam menghadapi berbagai persoalan & bahkan biasanya berhasil mengubah tragedi jadi lelucon, atau mengubah sesuatu yang berat menjadi sesuatu yang ringan & 'bisa lah ini aku tangani sendiri.' intinya, aku tu enggak manja & mandiri. jadi pasti aku termasuk manusia kuat nih. kupikir, kan.
eeehhh...
ya memang seharusnya kita tu jadi orang jangan suka banding-bandingin diri sendiri sama orang lain, tapi bandingkanlah diri sendiri dengan dirimu sendiri di masa lalu, udah ada peningkatan apa belum yaaa ini. atau masih gitu-gitu aja, atau malah bablas makin parah.
trooooos, apaka kamu sudah tau jika:
- mempunyai mental yang kuat itu bukan berarti menjadi manusia yang selalu berpikiran positif, tapi bagaimana menjadi manusia yang berpikir realistis & rasional.
- ini juga bukan tentang terlihat kuat di hadapan orang lain, tapi bagaimana kamu bisa bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang kamu percayai.
- memiliki mental yang kuat itu juga bukan berarti kamu trus jadi mengabaikan atau menekan perasaan & emosimu sendiri, tapi justru bagaimana kamu bisa selalu aware dengan apa yang sedang kamu rasakan, & menyadari bagaimana emosi-emosi tersebut mempengaruhi pemikiran & tindakanmu.
- memiliki mental yang kuat itu bukan tentang kamu harus memaksa badanmu untuk sampai pada limitnya & mengabaikan rasa sakit, tapi justru kemampuan untuk membaca sinyal yang diberikan oleh badanmu.
- ketika kamu memiliki mental yang yang kuat, bukan berarti kamu udah nggak butuh lagi pertolongan orang lain, tapi malah justru sebaliknya. kamu sadar sepenuhnya kalau dalam hidup ini, kamutu enggak mungkin punya jawaban atas segala sesuatu, & pada suatu saat, kamu pasti butuh pertolongan dari orang lain.
-meningkatkan kekuatan mental itu bukan tentang mengejar kebahagiaan dalam hidup, tapi tentang bagaimana kamu bisa mengambil keputusan-keputusan yang baik untuk dirimu sendiri.
- kekuatan mental tyda sama dengan kesehatan mental.
setelah baca beberapa poin di atas aja langsung ketauan kalau waooow ternyata banyak pengertianku tentang kekuatan mental yang ternyata salah, & iyaya, aku nggak sekuat itu. ternyata.
berikut 13 daftarnya, dan diagnosisku terhadap diriku sendiri, dimulai dari yang skornya paling bagus (berdasarkan menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam buku tersebut)
fenty yang lumayan bagus skornya:
1. they don't fear alone time
2. they don't waste time feeling sorry for themselves.
3. they don't feel the world owes them anything
4. they don't give up after the first failure
5. they don't dwell on the past
fenty yang nggak terlalu bagus skornya:
6. they don't expect immediate results
7. they don't resent other people success
8. they don't make mistake over and over
9. they don't shy away from change
fenty, yang wow ternyata aku begini ya, kok nggak sadar selama ini:
10. they don't worry about pleasing everyone
11. they don't give away their power
12. they don't fear taking calculated risks
13. they don't focus on the things they can't control
nah baca buku ini tu jadi ngeh gitu lo, hal-hal yang selama ini sebenarnya aku udah sadar kalau ini memang kekuranganku, tapi aku nggak menduga kalau ternyata itu ada hubungannya dengan kekuatan mental, & sebesar itu ternyata mereka menghambat aku untuk mendapatkan sesuatu yang aku mau. DAN, baru sadar juga ternyata kekurangan-kekurangan ini BISA diubah & dilatih kalau aku mau, (karena mereka bukan sakit mental).
aku memang sengaja bikin urutan, supaya aku bisa fokus naik-naikin skor yang aku masih kurang-kurang banget (nomer 10-13). aku selesein baca buku ini kemarin bulan juli, dan pas aku nulis ini di bulan oktober, aku merasa aku udah ada peningkatan lo di beberapa poin, trus rasanya waaaa seneng yaaa. hihihi. mungkin beberapa bulan lagi aku harus ulang baca buku ini untuk ngecek lagi kalau-kalau ada yang kelupaan.
quotenya aku pili yang rada umum aja ya:
developing mental strength isn't about having to be the best at everything. instead, developing mental strength means knowing that you'll be okay no matter what happens. you'll be best prepared for whatever circumstances you encounter when you're mentally strong. not only will you be ready to deal with the realities of life, but you'll be able to live according to your values no matter what life throws you away.
when you become mentally strong, you will be your best self, have the courage to do what's right, and develop a true comfort with who you are, and what you are capable of achieving.
baca rekomendasi buku sebelumnya di sini.
BUKU 4:
judul: 13 things mentally strong people don't do
penulis: amy morin
jenis: self help
tahun terbit: 2017
penerbit: harper collins
isbn: 9780062358301
jumlah halaman: 275
amy morin ini adalah seorang terapis di sebuah community mental health center, tapi dia menulis buku ini berdasarkan pengalaman pribadinya ketika dia sedang dalam proses bangkit setelah mengalami tragedi berulang-ulang dalam hidupnya. di halaman awal aku baca buku ini, aku sempat "loh, kok kayaknya aku pernah baca cerita ini, sih." ternyata aku memang pernah nonton ted talknya dia di youtube. nonton dulu aja kalau kamu mau tau penulisnya ini orangnya seperti apa.
ini adalah salah satu buku yang aku paling cepat bacanya, karena gaya menulisnya yang sangat jelas & runut sekali. walaupun singkat, tapi jangan tanya rasanya membaca ini. uh, kayak dirudal hati ini berkali-kali. gitu kan ya rasanya, kalau kamu akhirnya menyadari keadaan diri sendiri yang ternyata jauh dari ekspektasi. hahaha.
jadi tu, aku selama ini berpikir kalau aku ini adalah orang dengan mental yang lumayan kuat. apalagi kalau dibandingkan dengan orang-orang yang aku temui sehari-hari. aku cenderung positif dalam menghadapi berbagai persoalan & bahkan biasanya berhasil mengubah tragedi jadi lelucon, atau mengubah sesuatu yang berat menjadi sesuatu yang ringan & 'bisa lah ini aku tangani sendiri.' intinya, aku tu enggak manja & mandiri. jadi pasti aku termasuk manusia kuat nih. kupikir, kan.
eeehhh...
ya memang seharusnya kita tu jadi orang jangan suka banding-bandingin diri sendiri sama orang lain, tapi bandingkanlah diri sendiri dengan dirimu sendiri di masa lalu, udah ada peningkatan apa belum yaaa ini. atau masih gitu-gitu aja, atau malah bablas makin parah.
trooooos, apaka kamu sudah tau jika:
- mempunyai mental yang kuat itu bukan berarti menjadi manusia yang selalu berpikiran positif, tapi bagaimana menjadi manusia yang berpikir realistis & rasional.
- ini juga bukan tentang terlihat kuat di hadapan orang lain, tapi bagaimana kamu bisa bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang kamu percayai.
- memiliki mental yang kuat itu juga bukan berarti kamu trus jadi mengabaikan atau menekan perasaan & emosimu sendiri, tapi justru bagaimana kamu bisa selalu aware dengan apa yang sedang kamu rasakan, & menyadari bagaimana emosi-emosi tersebut mempengaruhi pemikiran & tindakanmu.
- memiliki mental yang kuat itu bukan tentang kamu harus memaksa badanmu untuk sampai pada limitnya & mengabaikan rasa sakit, tapi justru kemampuan untuk membaca sinyal yang diberikan oleh badanmu.
- ketika kamu memiliki mental yang yang kuat, bukan berarti kamu udah nggak butuh lagi pertolongan orang lain, tapi malah justru sebaliknya. kamu sadar sepenuhnya kalau dalam hidup ini, kamutu enggak mungkin punya jawaban atas segala sesuatu, & pada suatu saat, kamu pasti butuh pertolongan dari orang lain.
-meningkatkan kekuatan mental itu bukan tentang mengejar kebahagiaan dalam hidup, tapi tentang bagaimana kamu bisa mengambil keputusan-keputusan yang baik untuk dirimu sendiri.
- kekuatan mental tyda sama dengan kesehatan mental.
setelah baca beberapa poin di atas aja langsung ketauan kalau waooow ternyata banyak pengertianku tentang kekuatan mental yang ternyata salah, & iyaya, aku nggak sekuat itu. ternyata.
berikut 13 daftarnya, dan diagnosisku terhadap diriku sendiri, dimulai dari yang skornya paling bagus (berdasarkan menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam buku tersebut)
fenty yang lumayan bagus skornya:
1. they don't fear alone time
2. they don't waste time feeling sorry for themselves.
3. they don't feel the world owes them anything
4. they don't give up after the first failure
5. they don't dwell on the past
fenty yang nggak terlalu bagus skornya:
6. they don't expect immediate results
7. they don't resent other people success
8. they don't make mistake over and over
9. they don't shy away from change
fenty, yang wow ternyata aku begini ya, kok nggak sadar selama ini:
10. they don't worry about pleasing everyone
11. they don't give away their power
12. they don't fear taking calculated risks
13. they don't focus on the things they can't control
nah baca buku ini tu jadi ngeh gitu lo, hal-hal yang selama ini sebenarnya aku udah sadar kalau ini memang kekuranganku, tapi aku nggak menduga kalau ternyata itu ada hubungannya dengan kekuatan mental, & sebesar itu ternyata mereka menghambat aku untuk mendapatkan sesuatu yang aku mau. DAN, baru sadar juga ternyata kekurangan-kekurangan ini BISA diubah & dilatih kalau aku mau, (karena mereka bukan sakit mental).
aku memang sengaja bikin urutan, supaya aku bisa fokus naik-naikin skor yang aku masih kurang-kurang banget (nomer 10-13). aku selesein baca buku ini kemarin bulan juli, dan pas aku nulis ini di bulan oktober, aku merasa aku udah ada peningkatan lo di beberapa poin, trus rasanya waaaa seneng yaaa. hihihi. mungkin beberapa bulan lagi aku harus ulang baca buku ini untuk ngecek lagi kalau-kalau ada yang kelupaan.
quotenya aku pili yang rada umum aja ya:
developing mental strength isn't about having to be the best at everything. instead, developing mental strength means knowing that you'll be okay no matter what happens. you'll be best prepared for whatever circumstances you encounter when you're mentally strong. not only will you be ready to deal with the realities of life, but you'll be able to live according to your values no matter what life throws you away.
when you become mentally strong, you will be your best self, have the courage to do what's right, and develop a true comfort with who you are, and what you are capable of achieving.
baca rekomendasi buku sebelumnya di sini.
REKOMENDASI BUKU untuk 2019 #3
haee..
selamat datang di rekomendasi buku untuk 2019 ke 3. gimana ya, kepingin ketawa akutu. ini udah bulan oktober, jadi mestinya memang udahlah judulnya aku ilangin aja ya, taunnya. hahaha. gila ya aku udah aim low 6 buku, tetep aja nggak kekejar lo. semoga target baca 40 buku setaun akan lebih baik. masih 3 bulan, aku masih kurang 11 buku lagi.
bisa lah, ya..
bisa nggak, ya..
hahaha..
oke.
BUKU 3:
judul: the boy who was raised as a dog. and other stories from a child psychiatrist's notebook. what traumatized children can teach us about loss, love, and healing.
penulis: bruce d. perry, md, phd & maia szalavitz
jenis: psychology
tahun terbit: 2017 (revised & updated edition)
penerbit: basic books
isbn: 0465094457
jumlah halaman: 418
hmm. buku nonfiksi, lagi. psikologi, lagi. bahkan sekarang ini tu yang di pikiranku mau aku jadiin rekomendasi buku ke 4 juga buku psikologi, lo. ini apa karena aku pernah kepingin jadi sarjana psikologi nggak kesampaian, apa gimana.. nggak ngerti juga.
oke fokus, fen.
jadi, buku ini tu berisi kisah-kisah nyata tentang pasien-pasien yang pernah ditangani oleh penulisnya, dr perry. dr perry adalah seorang dokter psikiatri anak, dengan spesialisasi menangani anak-anak yang mengalami trauma berat, seperti misalnya mengalami perkosaan, penyiksaan, atau anak yang menyaksikan orang tuanya dibunuh.
uh.
ya. UH.
jadi kalau kamu nggak kuat baca cerita 'sadis' semacam ini, yaudah ini buku bukan buat kamu. atau disarankan juga sebetulnya, baca buku ini jangan langsung dihabisin gitu, tapi di-pause-pause, atau mungkin disambil-sambil baca buku lain aja. ya walaupun seperti bisa diduga, aku bacanya nggak bisa berhenti, sampai pada satu bab ketika aku baca buku ini, aku muntah-muntah.
aku ingat, waktu baca buku ini aku baru kepikir, ternyata bisa ya, hati dipatahkan berkali-kali oleh sebuah buku :( walaupun begitu, kalau kamu bisa, BACA BUKU INI.
menurut aku, buku ini betul-betul buku yang penting. terutama untuk kamu yang hidup, atau berencana untuk hidup di sekitar anak-anak. untuk aku, manusia dewasa yang tidak hidup bersama anak kecil pun, buku ini membantu aku untuk lebih mengerti tentang diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik. karena kan semua orang dewasa, dulunya pasti pernah menjadi anak-anak.
melalui buku ini, aku juga baru sadar betapa berpengaruhnya masa-masa kehidupan manusia sejak dari lahir, bayi & balita, terhadap kehidupan kita, & pilihan-pilihan yang kita ambil setelah kita dewasa. buku ini juga menggaris bawahi pentingnya kehadiran orang dewasa pada masa-masa itu. aku juga jadi mengerti bahwa ternyata pengaruh trauma ketika manusia masih pada usia tersebut, akan berdampak jauuuh lebih besar daripada apabila trauma terjadi ketika kita sudah dewasa.
banyak quote yang penting, tapi aku salin yang ini aja:
for years, mental health professionals taught people they could be psychologically healthy without social support, that "unless you love yourself, no one else will love you." women were told that they didn't need men, and vice versa. people without any relationships were believed to be as healthy as those who had many.
these ideas contradict the fundamental biology of human species: we are social mammals and could never have survived without deeply interconnected and interdependent human contact. the truth is, you cannot love yourself unless you have been loved and are loved. the capacity to love cannot be built in isolation.
selamat membaca!
baca rekomendasi buku #2 di sini
selamat datang di rekomendasi buku untuk 2019 ke 3. gimana ya, kepingin ketawa akutu. ini udah bulan oktober, jadi mestinya memang udahlah judulnya aku ilangin aja ya, taunnya. hahaha. gila ya aku udah aim low 6 buku, tetep aja nggak kekejar lo. semoga target baca 40 buku setaun akan lebih baik. masih 3 bulan, aku masih kurang 11 buku lagi.
bisa lah, ya..
bisa nggak, ya..
hahaha..
oke.
BUKU 3:
judul: the boy who was raised as a dog. and other stories from a child psychiatrist's notebook. what traumatized children can teach us about loss, love, and healing.
penulis: bruce d. perry, md, phd & maia szalavitz
jenis: psychology
tahun terbit: 2017 (revised & updated edition)
penerbit: basic books
isbn: 0465094457
jumlah halaman: 418
hmm. buku nonfiksi, lagi. psikologi, lagi. bahkan sekarang ini tu yang di pikiranku mau aku jadiin rekomendasi buku ke 4 juga buku psikologi, lo. ini apa karena aku pernah kepingin jadi sarjana psikologi nggak kesampaian, apa gimana.. nggak ngerti juga.
oke fokus, fen.
jadi, buku ini tu berisi kisah-kisah nyata tentang pasien-pasien yang pernah ditangani oleh penulisnya, dr perry. dr perry adalah seorang dokter psikiatri anak, dengan spesialisasi menangani anak-anak yang mengalami trauma berat, seperti misalnya mengalami perkosaan, penyiksaan, atau anak yang menyaksikan orang tuanya dibunuh.
uh.
ya. UH.
jadi kalau kamu nggak kuat baca cerita 'sadis' semacam ini, yaudah ini buku bukan buat kamu. atau disarankan juga sebetulnya, baca buku ini jangan langsung dihabisin gitu, tapi di-pause-pause, atau mungkin disambil-sambil baca buku lain aja. ya walaupun seperti bisa diduga, aku bacanya nggak bisa berhenti, sampai pada satu bab ketika aku baca buku ini, aku muntah-muntah.
aku ingat, waktu baca buku ini aku baru kepikir, ternyata bisa ya, hati dipatahkan berkali-kali oleh sebuah buku :( walaupun begitu, kalau kamu bisa, BACA BUKU INI.
menurut aku, buku ini betul-betul buku yang penting. terutama untuk kamu yang hidup, atau berencana untuk hidup di sekitar anak-anak. untuk aku, manusia dewasa yang tidak hidup bersama anak kecil pun, buku ini membantu aku untuk lebih mengerti tentang diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik. karena kan semua orang dewasa, dulunya pasti pernah menjadi anak-anak.
melalui buku ini, aku juga baru sadar betapa berpengaruhnya masa-masa kehidupan manusia sejak dari lahir, bayi & balita, terhadap kehidupan kita, & pilihan-pilihan yang kita ambil setelah kita dewasa. buku ini juga menggaris bawahi pentingnya kehadiran orang dewasa pada masa-masa itu. aku juga jadi mengerti bahwa ternyata pengaruh trauma ketika manusia masih pada usia tersebut, akan berdampak jauuuh lebih besar daripada apabila trauma terjadi ketika kita sudah dewasa.
banyak quote yang penting, tapi aku salin yang ini aja:
for years, mental health professionals taught people they could be psychologically healthy without social support, that "unless you love yourself, no one else will love you." women were told that they didn't need men, and vice versa. people without any relationships were believed to be as healthy as those who had many.
these ideas contradict the fundamental biology of human species: we are social mammals and could never have survived without deeply interconnected and interdependent human contact. the truth is, you cannot love yourself unless you have been loved and are loved. the capacity to love cannot be built in isolation.
selamat membaca!
baca rekomendasi buku #2 di sini
Monday, September 30, 2019
kalau kalau suatu saat kamu membaca ini
kalau kamu mengenal aku dari melihat instagram storyku dan lalu ngobrol denganku di instagram dm, mungkin kamu akan melihat aku sebagai manusia yang ceria & bisa berteman dengan siapa saja. aku sangat mudah didekati. lalu kamu akan berpikir, "oh orang ini sangat baik & mengerti aku. aku bisa bercerita tentang apa saja & bertanya banyak hal kepadanya. mungkin juga dia bisa jadi temanku!"
lalu tidak sengaja kita bertemu di suatu tempat, dan kamu akan tau kalau ternyata aku orang yang bisa terlihat sangat kikuk, atau justru bisa jadi orang yang sangat mengintimidasi.
mungkin kamu jadi ragu-ragu apakah aku adalah orang yang sama dengan orang yang ngobrol denganmu di instagram tempo hari. kamu jadi kuatir, tapi lebih-lebih lagi, kamu kecewa, karena ternyata aku bahkan tidak ingat siapa kamu, walaupun kamu sudah sebutkan namamu & bilang, "ini lo aku, yang sering ngobrol sama kamu di instagram itu. yang selalu komenin stori-storimu." lalu kamu jadi sedih, karena ternyata aku jauh dari teman baru dan seru yang kamu bayangkan.
walaupun kecewa, tapi kamu tidak menyerah. jadi di waktu yang lain kamu memutuskan untuk bertemu lagi & meneruskan obrolan kita. ketika kita ngobrol, kamu menyadari bahwa, "wow ternyata dia benar orang yang ada di dm instagram itu, bahkan ternyata aselinya jauh lebih lucu!"
dan setelah itu kita berteman.
kamu bercerita tentang banyak hal kepadaku. termasuk rahasia-rahasia kecilmu, walaupun setelah itu ternyata aku masih akan lupa namamu. atau ketika bertemu lagi aku akan: "kita itu pernah ketemu apa enggak, sih?"
lalu kamu kecewa lagi.
kita berteman, tapi aku bahkan tidak ingat siapa namamu. "aneh. aneh sekali orang ini." tapi kamu baik. dan mungkin memang sedang sangat butuh teman saat itu. jadi kamu memutuskan untuk meneruskan ngobrol dan saling mengenal. terus, terus, terus, sampai aku tidak pernah lupa lagi namamu, & ingat semua cerita-ceritamu, bahkan mungkin lebih ingat dari kamu sendiri.
...
basuki pernah bilang, aku itu seperti bawang. banyak sekali lapisannya. dia selalu bilang, "setiap hari hidup sama kamu itu rasanya seperti sedang mengupas lapisan bawang satu persatu. setiap hari selalu akan ada lagi dan lagi lapisan baru di dalamnya." di waktu lainnya, dia bilang aku seperti boneka rusia yang setiap dibuka, masih akan ada lagi boneka lain di dalamnya. dan lagi, dan lagi.
kalau kamu mengenal aku, kamu akan tau kalau ternyata aku orang yang sangat suka bercerita. aku suka bercerita tentang banyak hal. tentang cerita sehari-hari, tentang buku yang sedang aku baca, tentang kelinci-kelinciku, tentang manusia-manusia yang aku temui sehari-hari, tentang apa yang aku lihat & pelajari hingga saat ini. kurang lebih aku adalah manusia seperti yang kamu lihat di instagram itu.
kalau kebetulan lebih jauh lagi kamu mengenal aku, kamu akan tau kalau kadang aku juga senang berbagi tentang pikiran-pikiranku sendiri, pendapatku tentang sesuatu, juga sedikit tentang apa yang aku rasakan di permukaan. kamu akan melihat aku lebih banyak. kamu jadi tau kalau ternyata selain lucu dan pintar, ternyata kadang-kadang aku juga bisa sedih. aku juga bisa marah. aku juga bisa salah. aku seperti aku yang kamu lihat di akun twitterku yang aku gembok sejak september 2017 itu, atau seperti aku yang bisa kamu baca di blog ini.
lalu pada suatu hari ketika kamu mendengar aku bilang sesuatu yang asing seperti: "aku bingung" atau "aku takut", itu mungkin karena kamu sudah menjadi salah satu dari sedikit sekali manusia istimewa yang aku pilih dengan sadar untuk aku bagi apa yang aku rasakan, juga sedikit rahasia-rahasiaku. itu mungkin karena aku percaya kamu.
dan kalau kamu kenal aku sedikit lebih jauh lagi, kamu akan paham kalau tidak mudah untuk aku menceritakan apa yang aku rasakan. karena kalau semudah itu, aku pasti sudah melakukannya di lapisan bawang yang lebih luar dari ini. aku pasti sudah menuliskan perasaanku di blog ini, di twitterku yang aku gembok, atau di instagram storyku yang setiap hari dilihat oleh ribuan orang itu.
tapi enggak, kan? untuk mereka aku hanya berbicara dengan simbol-simbol. untuk mereka aku menggambar, aku menulis, aku memilih lagu, aku mengquote buku.
tapi untuk kamu aku berani membuka hatiku.
kepadamu aku meminta tolong secara langsung, bukan melalui kode-kode dan sandi morse.
...
aku sudah bilang, dan aku ulangi lagi. bagiku membuka hati & mempercayai itu sulit sekali. sehari-hari aku memakai tameng & baju besi ke mana-mana. tapi tidak ketika denganmu. setelah aku letakkan tamengku, aku lepas baju besiku, & kubuka hatiku, lalu dengan ringan sekali kamu bilang:
"ya itu kan yang kamu rasakan, tapi gimana dong perasaannya dia?"
"ya itu kan yang kamu pikirkan, tapi kamu tau nggak, dia mikir gimana?"
apakah kamu paham, kalau aku hanya bisa bercerita tentang apa yang aku rasakan saja? aku tidak mungkin menceritakan perasaan orang lain (walau seberapapun relevan & erat kaitannya dengan apa yang sedang aku alami), karena aku tidak tau. perasaan mereka, pikiran mereka, bukan milikku. memang bukan aku yang seharusnya bercerita tentang bagaimana perasaan mereka. aku bercerita tentang ceritaku, karena cuma itu yang benar-benar milikku.
jadi kalau aku cerita padamu tentang yang aku rasakan, lalu kamu malah jadi penasaran ingin tau tentang perasaan orang lain, yang bisa kamu lakukan hanya bertanya pada orang itu secara langsung. kalau dia mau menjawab, mungkin kamu beruntung akan mendapat masukan bagaimana nanti kamu pada akhirnya harus menghakimi aku. yang kamu bisa dapat dari aku tentang dia, ya hanya yang aku pikirkan tentang dia, yang aku rasakan terhadapnya. yang semua itu sudah habis, aku ceritakan kepadamu berulang-ulang.
lalu kemudian kamu bilang:
"aduh aku jadi kasian tau, sama dia.."
"denger cerita-ceritamu tu, aku trus jadi kagum banget sama dia"
"akutu malah jadi kepingin bantuin dia, tau nggak sih"
kamu sadar atau tidak sih? SEMUA itu kamu simpulkan HANYA dari cerita-ceritaku, bukan cerita-ceritanya? dari kamu mengenalku, bukan mengenalnya? dari kamu menghabiskan waktu bertahun-tahun ini ngobrol denganku, bukan dengannya?
dari aku, kamu tau semua kelebihannya, kebaikannya.
seperti dari aku juga, kamu tau semua kekuranganku, kesalahanku.
setelah mendengar cerita-ceritaku. setelah aku buka perlindungan diriku di hadapanmu, sehingga kamu menemui aku dalam keadaan yang paling lemah, bagaimana kamu pikir ucapan-ucapanmu itu akan membuatku?
aku sedih karena yang aku ceritakan selama ini, ternyata enggak ada harganya sama sekali buat kamu.
aku sedih karena aku jujur, tapi kejujuranku justru kamu gunakan untuk menggaris bawahi kesalahan dan kekuranganku.
aku sedih karena pilihanku untuk tidak menceritakan yang bukan hakku, justru kamu pakai untuk memojokkan dan menyalahkanku.
aku sedih karena setelah sekian lama, ternyata kamu tidak percaya dengan kebenaran cerita-ceritaku.
bahwa bagaimanapun aku kurang & salah, yang aku rasakan itu tetap ada harganya.
uh, tiba-tiba aku lelah sekali.
aku kecewa karena aku kira kamu temanku.
ternyata bukan.
karena bagaimana bisa, kamu adalah teman, ketika setelah ratusan jam dan kalimat yang aku susun, yang kamu simpulkan dari semua itu adalah:
mungkin saja lo, orang itu yang benar, karena kan dia belum terbukti salah.
dan bisa saja aku yang salah, karena kata-kataku yang belum terbukti benar?
saat aku di hadapanmu, aku ingin kamu jadi temanku.
bukan jadi hakim atas cerita-ceritaku.
karena ini aku yang sedang bercerita.
bukan dia.
..
dan sekarang setelah membaca ini dan kamu mengenal aku lebih jauuuh jauh jauh lagi, kamu akan tau kenapa aku punya banyak sekali teman, tapi lebih sering aku merasa sedang sendirian.
karena hanya sedikit sekali ternyata, orang yang percaya kalau aku tetap orang baik, yang pantas didengar ceritanya, walaupun aku berbeda, walaupun aku salah.
..
apakah pernah terpikir di benakmu, kalau suatu saat nanti bisa saja tuhan berkata kepadamu: "kamu benar."
dan lalu: "tapi dia juga benar." sambil menunjuk pada musuh-musuhmu?
...
aku selalu percaya kamu orang baik.
kalau aku tidak menganggap kamu orang yang baik, tidak mungkin aku mempercayaimu dengan cerita-ceritaku.
dan aku tulus ketika waktu itu bilang: "kamu mungkin sekali benar, bahkan mungkin lebih benar daripada aku. mungkin aku cuma belum tau."
tapi sebelum pesan ini sampai kepadamu,
tidak akan ada lagi cerita dari aku.
Wednesday, June 26, 2019
REKOMENDASI BUKU untuk 2019 #2
mon ma aaaaf.. udah tengah tahun baru bikin rekomendasi buku ke dua, padahal janjinya mau nulis 6 sampai akhir taun. hahaha. tapi aku usaha niiih. walaupun usahanya minimal, tapi minimal diusahakan, gitu kalau kata eric barker. (semoga bener dia yang ngomong gitu.)
BUKU 2:
judul: 12 rules for life
penulis: jordan b. peterson
jenis: psychology
tahun terbit: 2018
penerbit: penguin random house uk
isbn: 9780141988511
jumlah halaman: 409
selama membaca buku ini, aku terus membatin bahwa ini adalah buku nonfiksi terbaik yang pernah aku baca. "uuh pokonya aku mau langsung baca buku ini lagi, nanti setelah selesai baca semuanya.", kataku berulang-ulang di dalam hati. aku bahkan sempat kepikiran, kalau saat ini aku masuk penjara & hanya boleh bawa 2 buku, buku ini adalah salah satu yang akan kubawa. aku beneran merasa buku ini sebagus itu, jadi ketika aku lihat review yang ditulis orang-orang di goodreads, aku sempat kaget sedikit. karena meskipun rating buku ini termasuk tinggi, tapi komentar yang paling banyak ditulis & mendapat dukungan terbanyak, ternyata adalah review negatif.
berbekal jiwa kepo yang tinggi, aku lalu lihat-lihat daftar buku yang sudah dibaca oleh si reviewer negatif tersebut. dan lhaaa.. aku malah jadi makin ragu dengan opiniku sendiri. ya gimana enggak, ternyata dia membaca buku 'serius' jauuh lebih banyak daripada aku. aku pikir, mana mungkin orang yang membaca buku sebanyak itu, opininya tidak lebih valid daripada aku yang membaca buku jauh lebih sedikit daripada dia. ya kan?
beberapa komentar negatif tentang buku ini ditulis dalam kalimat yang sangat emosional, dengan tuduhan serius seperti anti feminis, dogmatis, penulis merasa dirinya paling pintar & benar, yang loh kok aku sama sekali nggak menemukan hal-hal tersebut ada di dalam buku ini? ya memang bisa aja sih, itu cuma karena bahasa inggrisku yang belum bagus. karena pas baca sekilas buku ini, basuki yang bahasa inggrisnya pinter aja bilang, ini bukunya memang agak sulit bahasanya.
tapi aku punya teori lain.
salah satu reviewer negatif bilang, buku ini sangat subjektif. dan aku setuju. bedanya, menurut dia, subjektivitas itu yang bikin buku ini jadi nggak bagus, sedangkan menurut aku justru sebaliknya.
kalau aku bilang, di dalam buku ini, penulis berhasil menyusun pengetahuan yang dia dapat dari proses belajarnya yang sangat panjang. dia menulis berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri, & pengamatannya terhadap orang-orang di sekelilingnya (dia adalah seorang psikolog). mungkin itu yang membuat tulisannya jadi terasa sangat subjektif. tapi justru karena semua itulah, menurut aku, yang membuat buku ini menjadi karya yang original. dia menuliskan hanya hal-hal yang dia tau saja. kalau kamu baca sedikit saja sejarah hidupnya, dan hal-hal yang dia pelajari selama ini, kamu akan langsung mengerti kenapa dia memilih referensi-referensi yang diprotes oleh beberapa reviewer buku tersebut.
sebagai manusia yang gampang insecure, aku lalu kepikiran lagi. nah, si penulis review negatif yang tadi itu, padahal kan dia lebih pintar dari aku (sementara diasumsikan begini saja ya, yang gampang: karena dia membaca lebih banyak buku). tapi kenapa ya, dia tidak bisa melihat apa yang aku lihat? bukankah membaca buku itu membuka pikiran & memperluasnya?
..
aku berpikir, dan kemudian menyimpulkan, gimana kalau semua itu karena memang ilmu pengetahuan dan pemahaman adalah 2 hal yang berbeda? ada yang bilang, "knowledge does not equal understanding." ilmu pengetahuan bisa kita dapatkan dari belajar, sedangkan pemahaman hanya bisa didapatkan dari mengalami. (dan mungkin empati, jika kamu tidak mengalaminya sendiri?) jadi, sangat mungkin orang yang memiliki lebih banyak pengetahuan, tidak memiliki pemahaman mengenai sesuatu, seperti yang dimiliki oleh orang yang pengetahuannya tidak lebih banyak daripada dia. itu mungkin kenapa dibilang, pengalaman adalah guru yang paling berharga. karena ilmu pengetahuan adalah informasi, sedangkan pemahaman adalah kebijaksanaan.
membaca buku & review orang-orang mengenai buku ini, jadi menguatkan pendapatku, bahwa semakin personal sebuah karya, maka orang yang menyukai atau terhubung dengan karya tersebut akan jadi semakin banyak, tapi yang benci akan semakin banyak juga. karena karya yang personal itu biasanya bisa menyentuh lebih banyak orang, tapi juga akan semakin tidak mudah dimengerti oleh lebih banyak orang lainnya, terutama orang yang menolak untuk berusaha mengambil sudut pandang si pembuat karya tersebut.
daaaan..
bisa jadi juga, orang-orang itu memang cenderung bisa lebih mudah marah, ketika dia membaca sesuatu yang menunjukkan kesalahan-kesalahannya. lol. dan menurutku, itulah yang dilakukan buku ini. sejujurnya selama membaca buku ini, aku merasa seperti sedang minum jamu yang bisa bikin perut singset, tapi ya memang rasanya bikin muntah. atau jus campuran sayur-sayuran yang rasanya paiit banget, walaupun juga menyembuhkan.
jadi gini lo. selama ini tu, biasanya setiap aku baca buku, seperti ada rasa lega di dalam hati dengan membaca buku tersebut, karena oh mungkin selama ini aku ternyata sudah melakukan hal yang benar. melalui buku, biasanya aku menemukan penjelasan tentang pilihan-pilihan hidupku selama ini, atau hal-hal yang sebelumnya hanya bisa aku rasakan, tapi aku belum mampu jelasinnya karena aku belum ngerti kenapa dan gimananya. nah baru di buku ini, yang di setiap babnya, penulis menyampaikan kesedihan beruntun bahwa wow wow wow wow ternyataaa betapa gobloknya aku selama ini. hahaha. dari 12 rules yang dia tulis, dua belas dua belasnya sangat mengena di hati, pikiran, dan menyerang habis-habisan egoku yang mudah terluka ini. lol.
aku bersyukur menemukan buku ini. terima kasih ya, basuki yang suka belibeli & pinter pilipili buku bagus.
kalau salah satu reviewer bilang ini karya sampah, aku bilang: aku akan dengan senang hati mengunyah dan menelan sampah-sampah ini sampai aku muntah-muntah.
kayaknya ini adalah buku yang paling banyak aku garis bawahin, jadi sangat sulit menentukan quote yang paling aku suka. jadi aku salin aja salah satunya di sini ya. (tanda baca, pemisahan kata, dan paragraf tidak sama seperti di buku)
ask.
and it shall be given to you.
seek.
and yee shall find.
knock.
and it shall be open unto you.
for everyone who ask,
receives.
the one who seeks,
finds.
and to the one who knocks,
the door will be opened.
[matthew, 7:7 - 7:8]
.. everyday, the prayers of desperate people go unanswered. but maybe this is because the questions they contain are not phrased in the proper manner. perhaps you could ask, instead, what you might to do right now to increase your resolve, buttress your character, and find the strength to go on. perhaps you could instead ask to see the truth.
the problem with asking yourself such a question, is that you must truly want the answer. and the problem with doing that is that you won't like the answer.
if it's you that's wrong and you that must change, then you have to reconsider yourself - your memories of the past, your manner of being in the present, and your plans for the future. then you must resolve to improve and figure out how to do that. then you actually have to do it. that's exhausting.
it's much easier just not to realise, admit and engage. it's much easier to turn your attention away from the truth and remain wilfully blind. but it's at such a point that you must decide whether you want to be right, or you want to have peace. to seek peace, you have to decide that you want the answer, more than you want to be right.
perhaps that is true prayer: the question, "what have i done wrong, and what can i do now to set things at least a little bit more right?"
but your heart must be open to the terrible truth.
kamu bisa baca rekomendasi buku sebelumnya di sini
BUKU 2:
judul: 12 rules for life
penulis: jordan b. peterson
jenis: psychology
tahun terbit: 2018
penerbit: penguin random house uk
isbn: 9780141988511
jumlah halaman: 409
selama membaca buku ini, aku terus membatin bahwa ini adalah buku nonfiksi terbaik yang pernah aku baca. "uuh pokonya aku mau langsung baca buku ini lagi, nanti setelah selesai baca semuanya.", kataku berulang-ulang di dalam hati. aku bahkan sempat kepikiran, kalau saat ini aku masuk penjara & hanya boleh bawa 2 buku, buku ini adalah salah satu yang akan kubawa. aku beneran merasa buku ini sebagus itu, jadi ketika aku lihat review yang ditulis orang-orang di goodreads, aku sempat kaget sedikit. karena meskipun rating buku ini termasuk tinggi, tapi komentar yang paling banyak ditulis & mendapat dukungan terbanyak, ternyata adalah review negatif.
berbekal jiwa kepo yang tinggi, aku lalu lihat-lihat daftar buku yang sudah dibaca oleh si reviewer negatif tersebut. dan lhaaa.. aku malah jadi makin ragu dengan opiniku sendiri. ya gimana enggak, ternyata dia membaca buku 'serius' jauuh lebih banyak daripada aku. aku pikir, mana mungkin orang yang membaca buku sebanyak itu, opininya tidak lebih valid daripada aku yang membaca buku jauh lebih sedikit daripada dia. ya kan?
beberapa komentar negatif tentang buku ini ditulis dalam kalimat yang sangat emosional, dengan tuduhan serius seperti anti feminis, dogmatis, penulis merasa dirinya paling pintar & benar, yang loh kok aku sama sekali nggak menemukan hal-hal tersebut ada di dalam buku ini? ya memang bisa aja sih, itu cuma karena bahasa inggrisku yang belum bagus. karena pas baca sekilas buku ini, basuki yang bahasa inggrisnya pinter aja bilang, ini bukunya memang agak sulit bahasanya.
tapi aku punya teori lain.
salah satu reviewer negatif bilang, buku ini sangat subjektif. dan aku setuju. bedanya, menurut dia, subjektivitas itu yang bikin buku ini jadi nggak bagus, sedangkan menurut aku justru sebaliknya.
kalau aku bilang, di dalam buku ini, penulis berhasil menyusun pengetahuan yang dia dapat dari proses belajarnya yang sangat panjang. dia menulis berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri, & pengamatannya terhadap orang-orang di sekelilingnya (dia adalah seorang psikolog). mungkin itu yang membuat tulisannya jadi terasa sangat subjektif. tapi justru karena semua itulah, menurut aku, yang membuat buku ini menjadi karya yang original. dia menuliskan hanya hal-hal yang dia tau saja. kalau kamu baca sedikit saja sejarah hidupnya, dan hal-hal yang dia pelajari selama ini, kamu akan langsung mengerti kenapa dia memilih referensi-referensi yang diprotes oleh beberapa reviewer buku tersebut.
sebagai manusia yang gampang insecure, aku lalu kepikiran lagi. nah, si penulis review negatif yang tadi itu, padahal kan dia lebih pintar dari aku (sementara diasumsikan begini saja ya, yang gampang: karena dia membaca lebih banyak buku). tapi kenapa ya, dia tidak bisa melihat apa yang aku lihat? bukankah membaca buku itu membuka pikiran & memperluasnya?
..
aku berpikir, dan kemudian menyimpulkan, gimana kalau semua itu karena memang ilmu pengetahuan dan pemahaman adalah 2 hal yang berbeda? ada yang bilang, "knowledge does not equal understanding." ilmu pengetahuan bisa kita dapatkan dari belajar, sedangkan pemahaman hanya bisa didapatkan dari mengalami. (dan mungkin empati, jika kamu tidak mengalaminya sendiri?) jadi, sangat mungkin orang yang memiliki lebih banyak pengetahuan, tidak memiliki pemahaman mengenai sesuatu, seperti yang dimiliki oleh orang yang pengetahuannya tidak lebih banyak daripada dia. itu mungkin kenapa dibilang, pengalaman adalah guru yang paling berharga. karena ilmu pengetahuan adalah informasi, sedangkan pemahaman adalah kebijaksanaan.
membaca buku & review orang-orang mengenai buku ini, jadi menguatkan pendapatku, bahwa semakin personal sebuah karya, maka orang yang menyukai atau terhubung dengan karya tersebut akan jadi semakin banyak, tapi yang benci akan semakin banyak juga. karena karya yang personal itu biasanya bisa menyentuh lebih banyak orang, tapi juga akan semakin tidak mudah dimengerti oleh lebih banyak orang lainnya, terutama orang yang menolak untuk berusaha mengambil sudut pandang si pembuat karya tersebut.
daaaan..
bisa jadi juga, orang-orang itu memang cenderung bisa lebih mudah marah, ketika dia membaca sesuatu yang menunjukkan kesalahan-kesalahannya. lol. dan menurutku, itulah yang dilakukan buku ini. sejujurnya selama membaca buku ini, aku merasa seperti sedang minum jamu yang bisa bikin perut singset, tapi ya memang rasanya bikin muntah. atau jus campuran sayur-sayuran yang rasanya paiit banget, walaupun juga menyembuhkan.
jadi gini lo. selama ini tu, biasanya setiap aku baca buku, seperti ada rasa lega di dalam hati dengan membaca buku tersebut, karena oh mungkin selama ini aku ternyata sudah melakukan hal yang benar. melalui buku, biasanya aku menemukan penjelasan tentang pilihan-pilihan hidupku selama ini, atau hal-hal yang sebelumnya hanya bisa aku rasakan, tapi aku belum mampu jelasinnya karena aku belum ngerti kenapa dan gimananya. nah baru di buku ini, yang di setiap babnya, penulis menyampaikan kesedihan beruntun bahwa wow wow wow wow ternyataaa betapa gobloknya aku selama ini. hahaha. dari 12 rules yang dia tulis, dua belas dua belasnya sangat mengena di hati, pikiran, dan menyerang habis-habisan egoku yang mudah terluka ini. lol.
aku bersyukur menemukan buku ini. terima kasih ya, basuki yang suka belibeli & pinter pilipili buku bagus.
kalau salah satu reviewer bilang ini karya sampah, aku bilang: aku akan dengan senang hati mengunyah dan menelan sampah-sampah ini sampai aku muntah-muntah.
kayaknya ini adalah buku yang paling banyak aku garis bawahin, jadi sangat sulit menentukan quote yang paling aku suka. jadi aku salin aja salah satunya di sini ya. (tanda baca, pemisahan kata, dan paragraf tidak sama seperti di buku)
ask.
and it shall be given to you.
seek.
and yee shall find.
knock.
and it shall be open unto you.
for everyone who ask,
receives.
the one who seeks,
finds.
and to the one who knocks,
the door will be opened.
[matthew, 7:7 - 7:8]
.. everyday, the prayers of desperate people go unanswered. but maybe this is because the questions they contain are not phrased in the proper manner. perhaps you could ask, instead, what you might to do right now to increase your resolve, buttress your character, and find the strength to go on. perhaps you could instead ask to see the truth.
the problem with asking yourself such a question, is that you must truly want the answer. and the problem with doing that is that you won't like the answer.
if it's you that's wrong and you that must change, then you have to reconsider yourself - your memories of the past, your manner of being in the present, and your plans for the future. then you must resolve to improve and figure out how to do that. then you actually have to do it. that's exhausting.
it's much easier just not to realise, admit and engage. it's much easier to turn your attention away from the truth and remain wilfully blind. but it's at such a point that you must decide whether you want to be right, or you want to have peace. to seek peace, you have to decide that you want the answer, more than you want to be right.
perhaps that is true prayer: the question, "what have i done wrong, and what can i do now to set things at least a little bit more right?"
but your heart must be open to the terrible truth.
kamu bisa baca rekomendasi buku sebelumnya di sini
Thursday, May 30, 2019
ikhlas
beberapa hari yang lalu muncul pertanyaan semacam ini di timeline twitterku:
"maukah kamu diberi uang 25 milyar rupiah secara cuma-cuma, tapi di saat kamu menerima uang tersebut, orang yang paling kamu benci di dunia, juga menerima uang dari sumber yang sama sebesar 50 milyar rupiah?"
aku tertawa baca pertanyaan itu karena aku bisa menjawab dengan sangat cepat: "ENGGAK!"
aku menertawakan diriku sendiri karena tersadar: "oh wow ternyata aku sebenci itu padanya", sampai tidak sempat mencerna dengan baik, sebesar apa uang 25 milyar itu untukku saat ini, yang mana, mungkin merupakan salah satu saat paling BU dalam hidupku. lol.
aku mengulangi lagi pertanyaan tersebut di akhir hari, dan setiap hari setelahnya, jawabannya sama saja, "enggak." walaupun pada saat itu aku sudah mencapai sebuah kesadaran baru yang semakin membuat aku heran sama diri sendiri. aku berpikir, berarti mungkin bisa saja ya, kebencianmu terhadap seseorang itulah yang menghalangimu dari rejeki yang sudah didesain untukmu? maksudku, aku bisa merelakan begitu saja kehilangan uang 25 milyar, yang mana uang sebanyak itu sepertinya bisa kupakai untuk menyelesaikan segala masalahku saat ini (lol), hanya demi supaya orang yang aku benci nggak mendapatkan sesuatu yang bisa membuat dia bahagia & semakin sombong nggak kira-kira.
gimana sih caranya supaya di dalam hati enggak simpan dendam gini? kalau dipikir lagi, aku bisa lo bayangin 'buang' salah satu sepatuku buat orang lain supaya rak sepatuku terasa lebih luas (fyi, sepatuku nggak ada yang jelek). tapi kenapa buang dendam yang penuh-penuhin hati dengan kotoran kok malah sulit banget?
aku nggak muluk-muluk kepingin seperti yesus yang ditampar pipi kanan, malah ngasih pipi kiri, atau seperti nabi muhammad yang dikata-katain jahat & diludahin tiap hari tapi tetap bisa ikhlas merawat penjahat itu ketika sakit. nggak usah sampai gitu nggak apa-apa deh. sampai aku bisa terima uang 25 milyar iniii aja ya allah..
soalnya aku lagi butuh niii..
(BU = butuh uang)
"maukah kamu diberi uang 25 milyar rupiah secara cuma-cuma, tapi di saat kamu menerima uang tersebut, orang yang paling kamu benci di dunia, juga menerima uang dari sumber yang sama sebesar 50 milyar rupiah?"
aku tertawa baca pertanyaan itu karena aku bisa menjawab dengan sangat cepat: "ENGGAK!"
aku menertawakan diriku sendiri karena tersadar: "oh wow ternyata aku sebenci itu padanya", sampai tidak sempat mencerna dengan baik, sebesar apa uang 25 milyar itu untukku saat ini, yang mana, mungkin merupakan salah satu saat paling BU dalam hidupku. lol.
aku mengulangi lagi pertanyaan tersebut di akhir hari, dan setiap hari setelahnya, jawabannya sama saja, "enggak." walaupun pada saat itu aku sudah mencapai sebuah kesadaran baru yang semakin membuat aku heran sama diri sendiri. aku berpikir, berarti mungkin bisa saja ya, kebencianmu terhadap seseorang itulah yang menghalangimu dari rejeki yang sudah didesain untukmu? maksudku, aku bisa merelakan begitu saja kehilangan uang 25 milyar, yang mana uang sebanyak itu sepertinya bisa kupakai untuk menyelesaikan segala masalahku saat ini (lol), hanya demi supaya orang yang aku benci nggak mendapatkan sesuatu yang bisa membuat dia bahagia & semakin sombong nggak kira-kira.
gimana sih caranya supaya di dalam hati enggak simpan dendam gini? kalau dipikir lagi, aku bisa lo bayangin 'buang' salah satu sepatuku buat orang lain supaya rak sepatuku terasa lebih luas (fyi, sepatuku nggak ada yang jelek). tapi kenapa buang dendam yang penuh-penuhin hati dengan kotoran kok malah sulit banget?
aku nggak muluk-muluk kepingin seperti yesus yang ditampar pipi kanan, malah ngasih pipi kiri, atau seperti nabi muhammad yang dikata-katain jahat & diludahin tiap hari tapi tetap bisa ikhlas merawat penjahat itu ketika sakit. nggak usah sampai gitu nggak apa-apa deh. sampai aku bisa terima uang 25 milyar iniii aja ya allah..
soalnya aku lagi butuh niii..
(BU = butuh uang)
Wednesday, May 29, 2019
nenek nenek moyangku
simbah putri, ibunya mama, meninggal ketika aku masih bayi. karena itu tentu aku belum pernah berkenalan dengan beliau secara baik. kenang-kenangan antara aku dan simbah cuma selembar foto simbah putri menggendongku yang waktu itu masih berumur seminggu. (suatu saat aku akan post ya fotonya, ada di rumah jogja soalnya.)
pengetahuanku tentang simbah cuma sebatas cerita dari orang-orang yang pernah hidup satu masa dengannya. dari cerita-cerita mereka, aku tau simbah putri adalah sosok perempuan yang kuat. "ibuku itu wanita perkasa", mama selalu mengenang ibunya dengan nada bangga. tidak hanya badannya yang tinggi dengan tulang-tulangnya yang besar dan kuat, simbah juga adalah seorang perempuan berdaya dan mandiri. beliau melakukan banyak hal dalam satu waktu. mulai dari menyewakan peralatan resepsi (tenda, meja, kursi, alat-alat memasak, sampai ke piring, gelas dan sendok), jual beli perhiasan, sampai mengelola warung makan dan kos-kosan mahasiswa. mungkin kalau di masa sekarang, simbah disebut sebagai entrepreneur. perempuan pengusaha.
simbah putri dikisahkan orang-orang sebagai perempuan yang tegas. sebagian menyebut "simbahmu itu galak banget." tapi yang paling banyak dikenang oleh orang-orang, simbah putri itu sangat dermawan. setiap orang yang butuh bantuan akan datang ke simbah, & simbah hampir selalu membantu mereka sampai seringkali mengorbankan kepentingannya sendiri. maka dari itu pula, kebaikan simbah juga jadi sering dimanfaatkan orang.
"kalaupun simbah putri sedang nggak ada uang yang bisa dipakai untuk membantu, pasti langsung diusahakan." cerita mama. "kadang ada masanya ketika aku dibelikan anting sama simbah putri, seneng banget rasanya. baru seminggu aku pakai, siang-siang pas aku lagi main sama teman, simbah cariin aku & tiba-tiba antingku dilepas lagi. 'tak silih sik yo, nok*', kata simbah. ternyata cuma untuk digadaikan & uangnya dikasih ke orang yang pinjam uang. kalau orang yang pinjam uang nggak kembalikan uangnya, ya udah anting-antingku nggak kembali. nanti beberapa bulan kemudian simbah baru bisa beliin lagi, tapi nanti kejadian sama berulang lagi."
cerita lainnya, tentang anak-anak kos yang menunggak membayar uang kos sampai berbulan-bulan, tapi simbah bahkan tetap kasih mereka makan karena kasihan. kalau diprotes oleh keluarganya, simbah putri selalu berdalih, "kasihan mereka jauh-jauh ke jogja mau sekolah, jauh dari orang tuanya." beberapa di antaranya sampai menangis minta maaf karena ternyata memang tidak bisa bayar kos & makan karena wesel dari orang tuanya tak kunjung datang. simbah relakan saja, walaupun bisa saja mereka berbohong.
waktu simbah meninggal, diceritakan yang datang untuk melayat ada banyaaak sekali. rangkaian bunga pemberian & kendaraan pelayat berderet panjang sampai anak-anaknya kaget ternyata ibunya dikenal banyak orang padahal cuma orang biasa, bukan pejabat atau orang penting lainnya. mereka datang memperkenalkan diri dengan: "aku dulu pernah dibantu ibumu."
dengar semua cerita itu, aku yakin kalau saat ini simbah masih hidup, dia pasti jadi salah satu, kalau bukan sahabat terbaikku.
aku pasti percaya padanya.
walaupun tidak pernah mengenalnya, tapi ada beberapa masa dalam hidupku aku bisa menjadi sangat merindukannya. kadang aku ingin sekali bisa bertemu, ingin sekali bisa bertanya sama simbah putri,
apakah aku sudah melakukan semua yang bisa kulakukan?
apakah usahaku sudah cukup?
apakah menurut simbah aku anak yang baik? manusia yang baik? manusia yang kuat?
apakah simbah bangga, aku jadi seperti sekarang ini?
apakah aku cukup?
apakah aku bisa menjadi seperti simbah putri?
yang terus berusaha, sampai penghabisan.
...
aku punya satu lagi simbah putri, ibunya papa. simbah putri yang ini meninggal ketika aku sudah cukup besar sebetulnya. ketika aku sudah sd kalau tidak salah. tapi kami sangat jarang bertemu karena simbah tinggal di ambarawa. mungkin hanya bertemu setahun sekali, itupun cuma sebentar-sebentar & di waktu yang sebentar itupun seingatku kami jarang berkomunikasi. kami memanggilnya dengan sebutan simbah nggunung. karena beliau tinggal di lereng gunung.
seingatku mbah nggunung adalah perempuan yang sangat lembut dan sederhana. beliau selalu tersenyum walaupun garis wajahnya selalu tampak sedang bersedih. badannya mungil & kalau bicara seperti putri keraton. pelan pelan sekali. simbah sangat rajin. kalau bangun pagi sekali & lalu salat lamaaa sekali. setelah itu sibuk di dapur, atau ke sawah. mbah nggunung juga punya warung makan yang cukup terkenal. aku taunya karena setiap kernet bis pasti paham kalau papaku bilang, "turun di warung kantil." walaupun kami ke sananya hanya setahun sekali.
aku pernah tanya sama simbah, "simbah, batas waktu terakhir solat subuh itu jam berapa?" simbah malah tanya, "di jogja matahari terbitnya jam berapa?" papa yang jawab: "dia nggak tau mbah, kan dia kalau bangun sesudah matahari terbit." aku tentu saja malu, kesal sama papa & takut simbah marah, tapi ternyata simbah cuma tersenyum.
banyak cerita tentang simbah nggunung, yang baik ataupun tidak di mata orang lain. dia sosok yang kontroversial. tapi dari cerita-cerita itu aku malah menyimpulkan kalau simbah adalah perempuan pemberani. berani merebut nasibnya sendiri. kalau dihadapkan pada keadaan yang sama seperti simbah pada waktu itu, mungkin aku tidak akan bisa berani mengambil keputusan seberani beliau. dan aku mengaguminya karena itu.
kalau bisa bertanya sesuatu kepadanya, mungkin aku akan bertanya bagaimana caranya menjadi pemberani. apakah suatu hari nanti aku bisa jadi seperti mbah nggunung?
yang berani mengubah nasibnya sendiri.
...
menulis panjang tentang perempuan-perempuan ini membuatku bertanya-tanya, apakah ada kualitas terbaik dari mereka berdua yang diwariskan kepadaku? apakah aku bisa menjadi sehebat perempuan-perempuan ini? apakah suatu saat nanti anak perempuanku, atau cucu perempuanku, atau murid perempuanku akan menuliskan sesuatu yang baik tentang aku? yang mereka banggakan. dan mereka harapkan bisa mereka warisi?
* aku pinjam dulu ya, nak
pengetahuanku tentang simbah cuma sebatas cerita dari orang-orang yang pernah hidup satu masa dengannya. dari cerita-cerita mereka, aku tau simbah putri adalah sosok perempuan yang kuat. "ibuku itu wanita perkasa", mama selalu mengenang ibunya dengan nada bangga. tidak hanya badannya yang tinggi dengan tulang-tulangnya yang besar dan kuat, simbah juga adalah seorang perempuan berdaya dan mandiri. beliau melakukan banyak hal dalam satu waktu. mulai dari menyewakan peralatan resepsi (tenda, meja, kursi, alat-alat memasak, sampai ke piring, gelas dan sendok), jual beli perhiasan, sampai mengelola warung makan dan kos-kosan mahasiswa. mungkin kalau di masa sekarang, simbah disebut sebagai entrepreneur. perempuan pengusaha.
simbah putri dikisahkan orang-orang sebagai perempuan yang tegas. sebagian menyebut "simbahmu itu galak banget." tapi yang paling banyak dikenang oleh orang-orang, simbah putri itu sangat dermawan. setiap orang yang butuh bantuan akan datang ke simbah, & simbah hampir selalu membantu mereka sampai seringkali mengorbankan kepentingannya sendiri. maka dari itu pula, kebaikan simbah juga jadi sering dimanfaatkan orang.
"kalaupun simbah putri sedang nggak ada uang yang bisa dipakai untuk membantu, pasti langsung diusahakan." cerita mama. "kadang ada masanya ketika aku dibelikan anting sama simbah putri, seneng banget rasanya. baru seminggu aku pakai, siang-siang pas aku lagi main sama teman, simbah cariin aku & tiba-tiba antingku dilepas lagi. 'tak silih sik yo, nok*', kata simbah. ternyata cuma untuk digadaikan & uangnya dikasih ke orang yang pinjam uang. kalau orang yang pinjam uang nggak kembalikan uangnya, ya udah anting-antingku nggak kembali. nanti beberapa bulan kemudian simbah baru bisa beliin lagi, tapi nanti kejadian sama berulang lagi."
cerita lainnya, tentang anak-anak kos yang menunggak membayar uang kos sampai berbulan-bulan, tapi simbah bahkan tetap kasih mereka makan karena kasihan. kalau diprotes oleh keluarganya, simbah putri selalu berdalih, "kasihan mereka jauh-jauh ke jogja mau sekolah, jauh dari orang tuanya." beberapa di antaranya sampai menangis minta maaf karena ternyata memang tidak bisa bayar kos & makan karena wesel dari orang tuanya tak kunjung datang. simbah relakan saja, walaupun bisa saja mereka berbohong.
waktu simbah meninggal, diceritakan yang datang untuk melayat ada banyaaak sekali. rangkaian bunga pemberian & kendaraan pelayat berderet panjang sampai anak-anaknya kaget ternyata ibunya dikenal banyak orang padahal cuma orang biasa, bukan pejabat atau orang penting lainnya. mereka datang memperkenalkan diri dengan: "aku dulu pernah dibantu ibumu."
dengar semua cerita itu, aku yakin kalau saat ini simbah masih hidup, dia pasti jadi salah satu, kalau bukan sahabat terbaikku.
aku pasti percaya padanya.
walaupun tidak pernah mengenalnya, tapi ada beberapa masa dalam hidupku aku bisa menjadi sangat merindukannya. kadang aku ingin sekali bisa bertemu, ingin sekali bisa bertanya sama simbah putri,
apakah aku sudah melakukan semua yang bisa kulakukan?
apakah usahaku sudah cukup?
apakah menurut simbah aku anak yang baik? manusia yang baik? manusia yang kuat?
apakah simbah bangga, aku jadi seperti sekarang ini?
apakah aku cukup?
apakah aku bisa menjadi seperti simbah putri?
yang terus berusaha, sampai penghabisan.
...
aku punya satu lagi simbah putri, ibunya papa. simbah putri yang ini meninggal ketika aku sudah cukup besar sebetulnya. ketika aku sudah sd kalau tidak salah. tapi kami sangat jarang bertemu karena simbah tinggal di ambarawa. mungkin hanya bertemu setahun sekali, itupun cuma sebentar-sebentar & di waktu yang sebentar itupun seingatku kami jarang berkomunikasi. kami memanggilnya dengan sebutan simbah nggunung. karena beliau tinggal di lereng gunung.
seingatku mbah nggunung adalah perempuan yang sangat lembut dan sederhana. beliau selalu tersenyum walaupun garis wajahnya selalu tampak sedang bersedih. badannya mungil & kalau bicara seperti putri keraton. pelan pelan sekali. simbah sangat rajin. kalau bangun pagi sekali & lalu salat lamaaa sekali. setelah itu sibuk di dapur, atau ke sawah. mbah nggunung juga punya warung makan yang cukup terkenal. aku taunya karena setiap kernet bis pasti paham kalau papaku bilang, "turun di warung kantil." walaupun kami ke sananya hanya setahun sekali.
aku pernah tanya sama simbah, "simbah, batas waktu terakhir solat subuh itu jam berapa?" simbah malah tanya, "di jogja matahari terbitnya jam berapa?" papa yang jawab: "dia nggak tau mbah, kan dia kalau bangun sesudah matahari terbit." aku tentu saja malu, kesal sama papa & takut simbah marah, tapi ternyata simbah cuma tersenyum.
banyak cerita tentang simbah nggunung, yang baik ataupun tidak di mata orang lain. dia sosok yang kontroversial. tapi dari cerita-cerita itu aku malah menyimpulkan kalau simbah adalah perempuan pemberani. berani merebut nasibnya sendiri. kalau dihadapkan pada keadaan yang sama seperti simbah pada waktu itu, mungkin aku tidak akan bisa berani mengambil keputusan seberani beliau. dan aku mengaguminya karena itu.
kalau bisa bertanya sesuatu kepadanya, mungkin aku akan bertanya bagaimana caranya menjadi pemberani. apakah suatu hari nanti aku bisa jadi seperti mbah nggunung?
yang berani mengubah nasibnya sendiri.
...
menulis panjang tentang perempuan-perempuan ini membuatku bertanya-tanya, apakah ada kualitas terbaik dari mereka berdua yang diwariskan kepadaku? apakah aku bisa menjadi sehebat perempuan-perempuan ini? apakah suatu saat nanti anak perempuanku, atau cucu perempuanku, atau murid perempuanku akan menuliskan sesuatu yang baik tentang aku? yang mereka banggakan. dan mereka harapkan bisa mereka warisi?
* aku pinjam dulu ya, nak
Subscribe to:
Posts (Atom)