hari ke dua tanpa orin. dari kemarin rasanya seperti ingin muntah, tapi seperti perut nggak ada isinya. aku bertanya pada diri sendiri apa aku sedang lapar? tapi aku ingat kalau baru saja sejam yang lalu aku makan nasi padang nasinya seperempat.
aku berhenti sebentar untuk merasakan aku ini sebetulnya sedang merasa apa? apa benar aku lapar? aku menggambarkannya ke basuki sebagai: :"bukan lapar. tapi rasanya seperti tiba-tiba ada lubang besar di dalam dadaku yang ingin aku isi." kata basuki tiap hari dia merasa begitu. aku bilang "loh menderita sekali kamu, aku merasa begini cuma ketika patah hati." sekelebat aku ingat sampul buku deepak chopra: what are you hungry for, yang aku cuma baca isinya sampai mungkin halaman tiga. aku berpikir, apa mungkin isi bukunya tentang ini?
aku ngantuk dan capek sekali. tapi aku takut untuk tidur. selama ini aku selalu membanggakan diriku sebagai manusia yang mudah tidur dalam keadaan apapun, tapi nyatanya sekarang aku takut tidur. aku takut tidur karena aku takut menghadapi saat-saat sebelum tidur, dan saat-saat setelah bangun tidur. sebelum tidur rasanya tersiksa sekali karena pikiranku ke sana kemari berusaha mengingat semua yang terjadi dan memikirkan segala kemungkinan: apa yang sebetulnya terjadi kemarin? apakah kalau kemarin aku mengubah ini dan itu, hari ini orin akan masih hidup? lalu aku dilanda perasaan bersalah yang sangat besar. apakah seharusnya aku kemarin begini begitu? apakah karena salahku dia mati?
sesaat setelah bangun tidur tidak kalah menyiksa. rasanya seperti mesti mengulang lagi saat pertama kali mengetahui orin sudah mati. uh sakitnya tak tertahankan.
basuki terus-terusan bilang aku mestinya coba tidur aja. aku akhirnya mencoba tidur tapi ya tentu tidak bisa padahal sebenarnya ngantuk sekali. basuki tertawa melihat aku yang diam saja, dia kira aku sedang tidur, tapi ternyata mataku melotot. akhirnya aku memilih menghabiskan waktuku untuk menggugat tuhan. 😂
aku protes kenapa tuhan menciptakan aku dengan spek minimal, tapi dia kasih aku soal susah-susah banget terus-terusan. apa dia lupa spek ku itu seperti apa? atau ini cuma karena salah input data? tapi masa tuhan kok bikin salah? aku nggak ngerti. aku ini manusia sangat biasa saja yang sedang mati-matian belajar jadi manusia baik-baik, kenapaaa deh ya allah dicobain melulu. tu liat manusia bangsat sombong psikopat, bisa leluasa sampai TIGA KALI BUNUH KUCING di lingkungan rumahnya dan sampai sekarang nggak ada konsekuensinya itu gimanaaaaaaa itungannyaaa ya allah.
...
kata gus baha, manusia paling bahagia di dunia adalah manusia yang tidak pernah menggugat tuhan. lo ya jelas. orang itu tidak menggugat tuhan kan KARENA DIA SUDAH BAHAGIA. kalau udah bahagia masih menggugat tuhan itu namanya manusia serakah.
tapi setelah aku pikir-pikir lagi. lo ya aku dong, manusia yang serakah itu? aku udah dipinjemin orin dua tahun, bukannya makasih, yang punya mau ambil lagi miliknya kan ya mestinya aku serahkan dengan suka cita. terima kasih ya allah aku udah dipinjemi kucing terbaik di dunia. selama dua tahun ini aku mendapat banyak sekali berkah melalui dia. aku menerima perpisahan dengannya, seperti aku menerima engkau pertemukan aku dengannya. - bukannya: "KENAPAAA YA ALLAAAAH KOK KAMU AMBIL LAGI MILIKMU YANG UDAH KAMU PINJEMIIIN?" nyamuk-nyamuk yang lihat aku begitu pun bisa-bisa nyautin: "ya suka-suka dia, lah!" sambil menepuk jidat mereka masing-masing.
padahal tu kemarin aku otomatisasinya oke banget lo. pertama tau orin mati, aku gendong dia dengan tenang. bilang sama basuki: "udah sana kamu berangkat meeting dulu, i got this." aku sempat line dia, bermaksud memastikan dia baik-baik saja, nggak panik di jalan.
aku juga tau kematian ini berarti takdirku sama orin di sini cuma sampai saat ini. bahkan waktu teman-temanku marah ada manusia pembunuh kucing, aku bisa bilang: "biarin itu urusannya dia. orin bukan punyaku. biarin nanti orang itu berurusan dengan pemiliknya orin." (yang jelas-jelas jauh lebih berdaya dari pada aku).
tentu aku juga pernah menggugat tuhan sebelumnya (karena masalah yang lain lagi 😐), dan selalu dijawab: kamu nggak ngerti. aku lebih ngerti. dan kamu hanya bisa berusaha mengerti sampai batas tertentu, itu yang dinamakan menerima takdir sebagai manusia. selanjutnya yang kamu butuh adalah percaya. kecerdasan pikiran bisa membawa kamu jauh, tapi tidak sejauh itu.
yang begitu itu mungkin ya, yang orang sebut-sebut sebagai surrender..
..
lalu baru hari kedua, sudah ambrol semua gini, ya harap maklum. aku spek imannya kalaupun ada ya cuma tipis. nggak bisa dibandingin sama gus baha.
kalau tuhan, ya sudah tentu seperti biasanya selalu baik sama aku meskipun aku gugat terus. yang aku minta tadi, diberi bahkan sebelum aku selesai menulis entry ini. terima kasih. terima kasih. terima kasih. lain kali aku pasti minta-minta lagi.
No comments:
Post a Comment