Sunday, January 2, 2022

ekstra

2022.
kali ini aku aku akan benar-benar berhenti menjelaskan tentang diriku sendiri kepada orang-orang yang tidak bertanya.

contoh orang yang bertanya:











BUKAN contoh orang bertanya:

orang yang mengira dirinya sedang bertanya: "kamu masih sedih?"

aku: "iya"

orang yang mengira dirinya sedang bertanya: "jangan sedih, lah"


orang-orang yang mengira dirinya sedang bertanya adalah:

✔ orang baik

✔ orang yang peduli

✔ orang yang memiliki niat yang baik

✖ aku butuhkan

..

manusia-manusia well intention adalah manusia-manusia baik. hanya saja mereka tidak dibutuhkan. aku dulu (atau sampai sekarang juga, kalau sedang khilaf), adalah manusia well intention, jadi aku tau betapa besar keinginan untuk 'membantu' itu. sampai aku sadar kemudian, ternyata aku bukan ingin membantu, tapi sebetulnya aku sendiri yang tidak tahan dengan: kesedihan. kemarahan. kekecewaan. konflik. intinya, aku tidak mau terlibat dengan emosi manusia. terlalu berat, terlalu intens buat aku. please make it stop.

kenapa manusia bisa tidak tahan dengan emosi (yang adalah bagian dari menjadi manusia?) ya karena terbiasa saja. sejak kecil tertanam di benaknya kalau kekecewaan, kesedihan, kemarahan, konflik, adalah buah dari "kesalahan." yang mana kesalahan itu sebisa mungkin dicegah, dihindari, diperbaiki. segera. karena melakukan kesalahan itu salah. mungkin itu benar. tapi apakah ada, di dunia ini manusia (nabi termasuk) yang tidak pernah melakukan kesalahan? melakukan "kesalahan" adalah takdir menjadi manusia. seperti juga manusia ditakdirkan bisa sedih. bisa marah. bisa kecewa. jadi ya sedih itu tidak apa-apa. marah tidak apa-apa. kecewa tidak apa-apa. konflik tidak apa-apa. salah tidak apa-apa. karena bukan itu intinya.

emosi itu ada hanya untuk menyampaikan pesan. kurir. jadi kalo isi paketmu kurang atau salah, jangan mas-mas jne yang kamu maki-maki, gaes.

..

mamaku itu mungkin contoh yang tepat untuk menggambarkan manusia well intention = manusia yang bingung dengan emosinya sendiri . waktu adekku patah hati & mengurung diri di kamar - sebetulnya lebih tepat disebut sebagai tidur-tiduran di atas kasur sambil mendengarkan lagu sedih seperti remaja normal yang baru diputusin (catatan penting: baru juga hari pertama dia putus sama pacarnya), mamaku sudah bingung sekali. "aduh gimana itu adekmu dengerin lagu sedih terus, aku mau ajak papamu ke sensei untuk nanyain tentang adekmu." (bukannya tanya langsung ke orangnya, malah tanya ke sensei yg mesti bayar 250 ribu. hadeh). kalau mamaku baca ini pasti doi jawab: "ya gimana mau tanya anaknya langsung, dia selalu jawab gapapa, gapapa." YA IYALAH, BOS. kalau nanti dia jawab jujur: "aku sedih" paling-paling bakal disaut: "jangan sedih"

jangan tanya gimana mamaku tiap aku putus sama pacar, siapa yang nangis sampai matanya bengkak? YA MAMAKU. padahal aku yang putus cinta, bahkan aku yang mutusin, bukannya aku yg diputusin, lo. ya allah..

dan dulu aku menganggap itu hal yang baik. hati ibu, terhubung erat dengan hati anaknya. "kalau hati anaknya sakit, hati ibu itu ikut sakit!" begitu kata mamaku selalu.

baik. 

tapi apakah perlu?


..

kalau setelah kamu baca tulisan panjang ini kamu masih: "kamu sih, belum pernah tau rasanya jadi ibu.", berarti kamu belum dapat inti dari tulisan ini.

gimana kalau kamu baca lagi tulisanku pada 12 oktober 2020 ini?  tapi kalau habis itu masih tetep bingung ya sudah. berarti aku yang mesti baca lagi tulisanku di awal entry ini:


2022.

kali ini aku aku akan benar-benar berhenti menjelaskan tentang diriku sendiri kepada orang-orang yang tidak bertanya.

No comments:

Post a Comment